Rabu, 01 April 2009

Memahami makna damai sejahtera dalam iman kristen

by: Leonardo

Hendaklah damai sejahtera/Shalom Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.[1]
(kolose 3:15)

Istilah “Peace” atau “damai sejahtera” sebenarnya dikenal oleh setiap bahasa dari bangsa manapun didalam dunia ini. Baik itu “Shalom aleikhem” dalam bahasa Ibrani, Assalamu ‘alaikum dalam bahasa Arab, “Rahayu” dalam bahasa Jawa, “Santi” bagi orang Bali, “Sancay” bagi orang Budha. Hal ini membuktikan bahwa secara sosiologis-anthropologis setiap manusia dari bangsa manapun merindukan terjadi didalam dirinya suatu kondisi yang disebut diatas.
Konsep mengenai “kedamaian” didalam setiap bangsa maupun didalam setiap ajaran agama adalah berbeda-beda dan bervariasi. Namun minimal memiliki satu kesamaan jika itu berhubungan diri sendiri dan keadaan lingkungannya. Persamaan itu adalah rasa damai itu dihubungkan dengan sifat ketenangan, tidak ada gangguan yang membuat hati menjadi gusar, takut, kuatir.
Bagaimana Firman Tuhan sendiri memandang makna “kedamaian” tersebut?

Mempelajari makna kata Damai menurut Alkitab

Suasana Shalom sebenarnya dimulai pada saat penciptaan alam semesta dan isinya. Dalam Kitab Kejadian 1:31 Allah berkata:
“Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Didalam ayat ini dikatakan bahwa Allah melihat segala yang dijadikan itu amat baik/ Hinne Tob/Dimata Allah keadaan ciptaanNya itu bukan sekedar “baik/tob” namun “sangat baik/Hinne Tob” dengan penekanan khusus untuk menunjukkan bahwa karyanya itu baik bukan dalam makna yang biasa-biasa, namun dalam pengertian yang luar biasa. Didalam bahwa Ibrani kata Tob/bAj bermakna suatu kondisi yang termasuk pada suasana Shalom/~Alv. Karena “baik” disini bermakna suatu kondisi yang tenang, makmur, kelimpahan segala sesuatu yang baik, selamat.
Pandangan Alkitab ini sekaligus menolak pandangan filsafat-filsafat yang ada bahwa alam beserta isinya bahkan termasuk manusia adalah suatu keadaan yang kotor, yang tidak sempurna ketika diciptakan.[2]
Namun keadaan manusia yang yang ditempatkan Allah pada situasi yang sangat baik itu tidak berlangsung lama. Ketika manusia mulai tertipu oleh kelicikan si ular tua maka situasi “Tob” yang merupakan bagian dari keadaan shalom itu mulai rusak.
Manusia yang diciptakan pertama tanpa mengenal rasa takut kecuali kepada Allah telah mulai mengalami rasa takut yang tidak sehat. Ya… ini adalah ketakutan yang tidak normal dalam pandangan Allah. Ketakutan yang diakibatkan oleh dosa.
“Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut/arey", karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."

Alkitab mencatat rasa takut yang dimiliki oleh manusia untuk yang pertama kalinya pada ayat ini. Manusia itu menjadi takut/Yare akibat dosa yang diperbuat. Ketakutan ini menunjukkan tidak adanya peace/shalom didalam diri manusia akibat dosa. Berarti dosa merupakan salah satu penghambat shalom itu menjadi realitas hidup dalam diri manusia.
Sebelum kejatuhan manusia kedalam dosa, sumber shalom yang dimiliki manusia itu berasal dari hubungan mereka dengan Allah. Sebelum manusia jatuh kedalam dosa hubungan manusia dan Allah terbukti sangat akrab. Rupanya Allah sering mendatangi taman eden untuk berakrab ria dengan manusia ciptaanNya. Dalam Kejadian 3:8 disana ditulis bahwa Allah mendatangi manusia ketika manusia itu jatuh kedalam dosa. Secara tidak langsung dalam ayat ini kita mengetahui bahwa sebelumnya Allah sering berkunjung ke Eden.
Akibat kejatuhan manusia kedalam dosa maka hubungan Allah dan manusia yang sebelumnya damai itu telah rusak. Dosa telah menjadi penghalang “Shalom” itu menjadi nyata dalam hidup manusia yang sangat dikasihinya.
Sehingga menurut pandangan Alkitab bagaimana manusia itu mengalami shalom dalam hidupnya maka manusia harus kembali kepada fitrahnya yang mula-mula. Sumber damai itu adalah Allah sendiri, karena Alkitab berkata bahwa Ia adalah The Lord of Peace/ رَبُّ السَّلاَمِ(2tes 3:16).
Damai sejahtera dalam bahasa Ibrani adalah Shalom, Eiriene/didalam bahasa Yunani. Kedua istilah ini memiliki makna yang sangat luas sekali. Makna Shalom atau Eirene adalah : Keharmonisan dengan Allah dan sesama, ketenangan, kemakmuran, keamanan/rasa aman, keutuhan jiwa dan pikiran.
Jika Allah itu adalah sumber Shalom itu sendiri maka satu-satunya cara untuk mengalami shalom itu dengan menjalin hubungan yang baik dengan sang Shalom itu sendiri.
“dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
(2 korintus 5:20 b)

Untuk memiliki shalom yang bersumber dari Allah maka mau atau tidak mau manusia harus berdamai dengan Allah. Pendamaian itu diperoleh melalui persekutuan dengan Kristus. Percaya kepada karya penebusanNya dan hidup dalam hubungan dengan Dia. Yesus mengakui bahwa “damai” juga bisa diberikan oleh dunia yang berasal dari setan.
“ Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Dunia ini juga bisa menawarkan apa yang disebut kedamaian. Namun sebagaimana yang Yesus katakan -jika memang kita percaya pada perkataanNya- bahwa damai yang diberikan dunia melalui segala konsep-konsepnya berbeda dengan damai yang diberikan oleh Tuhan sendiri.
Didalam dunia ini ada banyak kelompok yang menawarkan kedamaian menurut cara mereka melalui Yoga, Trancedental Meditation, Reiki, dll. Semua ini “damai” yang ditawarkan dunia kepada manusia. Allah tidak menginginkan anaknya mencari damai sejahtera yang ditawarkan dunia. Kenapa Allah melarang anak-anakNya mencari damai sejahtera yang berasal dari dunia? Disamping dunia yang tidak terlihat ini juga ada dunia yang tidak kasat mata. Didunia yang tidak kasat mata dibagi lagi menjadi dua kawasan yang saling kontradiksi pada segi prinsip maupun kuasa. Kawasan yang pertama adalah Surga, kediaman Allah yang maha tinggi, kawasan yang kedua adalah tempat tinggal setan, roh-roh diudara. Dua kekuatan ini sama-sama bekerja pada alam yang tampak yang dihuni oleh manusia. Tidak ada wilayah abu-abu didunia ini. Jika anda berada dikawasan Allah maka anda tidak bisa sekaligus berada dikawasan setan. “Tidak seorangpun dapat mengabdi kepada dua Tuan”, demikian kata Yesus.
Prinsip damai sejahtera yang diajarkan Allah ada didalam Alkitab. Berarti apa yang disebut damai sejahtera namun tidak mengandung prinsip-prinsip yang terdapat didalam FT maka itu bukan damai sejahtera yang berasal dari Allah. Damai itu dari dunia, sedangkan dunia tanpa Allah berarti tempat bagi kehadiran setan.
Alasan berikutnya kenapa Allah melarang sesorang untuk mencari damai sejahtera dunia adalah semua damai sejahtera yang diajarkan dunia bersumber dari kekuatan manusia sendiri yang menafikkan karya Allah didalamnya. Hal ini menyebabkan manusia rawan jatuh kedalam penipuan-penipuan serta penyesatan yang dilancarkan oleh setan sendiri. Allah tidak ingin manusia terus menerus disesatkan oleh setan.
Allah menginginkan anak-anakNya bergantung sepenuhnya kepadaNya. Bukan karena Allah ingin diakui,atau gila hormat. Semua demi kebaikan kita, karena Dia Pribadi yang mengasihi kita dan tidak pernah memiliki maksud jahat dalam kehidupan kita. Dia tidak pernah ingin menyesatkan kita kedalam kebinasaan. Sedangkan Iblis adalah Pendusta bahkan Bapa segala dusta, kita tidak pernah tahu sejauh mana akal liciknya untuk menjatuhkan kita. Allah tidak ingin manusia jatuh kedalam kelicikan setan.

Bagaimana menikmati damai sejahtera Allah

Allah menginginkan umatNya terus menerus hidup dalam damai sejahtera setelah mereka hidup dalam perdamaian dengan Allah. Bahkan damai sejahtera seharusnya menjadi ciri kehidupan kekristenan.

I. Memiliki persekutuan yang intim dengan Allah

Dengan memiliki persekutuan yang erat dengan Allah maka secara otomatis kita akan mengalami damai sejahtera Allah didalam hidup kita. Persekutuan disini bukan sekedar karna kewajiban dan kebiasaan. Juga bukan hanya cukup pada ibadah pada hari minggu. Namun setiap waktu, setiap saat memiliki hati yang terfokus kepada Allah.

II.Memiliki Pikiran Kristus

Tidak cukup hanya dengan beribadah, namun kita juga harus merubah pola pemikiran kita yang gampang terpengaruh dengan keadaan-keadaan jasmani. Pikiran yang mudah dipengaruhi dengan keadaan jasmani akan berdampak kepada perasaan. Perasaan yang dipengaruhi dengan keadaan jasmani yang negatif akan menimbulkan kekuatiran, ketakutan, rasa tidak tenang yang berlebih-lebihan. Pikiran Kristus adalah Firman Allah, menyelaraskan pikiran kita dengan firman Allah. Menempatkan Firman Allah lebih tinggi dari keadaan-keadaan jasmani yang terlihat. Dengan memfokuskan diri kepada Firman Allah maka shalom itu akan ada didalam kehidupan kita.

III.Menjaga hati dari kepahitan

Kitab Amsal berkata untuk kita menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan karena darisanalah terpancar kehidupan. Salah satu prinsip untuk hidup dalam shalom Allah adalah tidak menyimpan sakit hati, dendam dan emosi yang berlebih-lebihan kepada orang lain. Hati yang diliputi oleh kemarahan yang membara, dendam maka tidak akan pernah mengalami shalom. Justru dengan memiliki sikap seperti ini maka kita rentan terhadap serangan-serangan setan.

IV.Menjaga lidah bibir kita dari persungutan

Mengeluh adalah sebuah perbuatan yang sangat tidak disenangi oleh Allah. Karena mengeluh itu menunjukkan ketidakpuasan akan apa yang sudah Allah beri dalam hidup kita. Mengeluh akan membawa kehidupan kita semakin buruk. Kata-kata bisa membawa kepada kehidupan namun juga membawa kepada kematian. Suatu saat apa yang sering kita keluhkan tanpa kita berubah akan menjadi kenyataan dalam hidup kita. Karena itu kita harus mengubah keluhan menjadi kata-kata iman, kata-kata berkat, kata-kata kehidupan dalam hidup kita. Dengan menjaga lidah bibir kita maka kita akan memiliki shalom itu dalam kehidupan kita.
V.Hidup dalam Firman Allah
Sebagaimana Adam dan Hawa ketika keluar dari jalur firman Allah maka hidupnya mulai dilanda ketakutan yang menandakan tidak adanya damai sejahtera, maka kita juga harus senantiasa hidup dalam kebenaran Allah, hidup selalu dalam pemberesan dengan Allah dengan tidak menunda-nunda meminta ampun atas apa yang telah kita perbuat. Karena hidup dalam kebenaran Allah membawa damai sejahtera dalam kehidupan kita.

















[1] Dalam beberapa naskah ada tertulis : dan damai sejahtera Allah/Theos memerintah dalam hatimu.
[2] Filsafat Platonisme memandang bahwa realitas materi yang kelihatan ini sebenarnya semu dan tidak baik. Demikian juga paham gnostik yang memandang bahwa tubuh ini kotor, tidak akan bisa berhubungan dengan Allah yang maha tinggi. Karena itu manusia harus melepaskan rohnya dari tubuh yang kotor ini. Pandangan ini justru dihantam telak oleh Yohanes dalam Injilnya bahwa “Firman itu menjadi manusia“. Sesuatu yang sangat luar biasa bagi orang gnostik yang memandang bahwa tubuh ini kotor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar