Minggu, 19 April 2009

Keberhasilan Yang Sejati

by: Leonardo Winarto


Shalom aleikhem….

Tema renungan kita saat ini saya beri judul keberhasilan yang sejati. Menurut kalian bagaimanakah yang dimaksud bahwa seseorang itu berhasil? Atau apa definisi kalian tentang arti keberhasilan? Apa berhasil itu berarti memiliki nilai-nilai yang baik di sekolah, naik kelas, lulus sekolah, cita-cita tercapai, punya ini dan itu?....
Coba saat ini kita berinteraktif, konsep apa yang kalian miliki dalam pikiran kalian tentang sebuah keberhasilan? Bagaimanakah “arti sebuah keberhasilan” dalam pikiran kalian?
Setiap kita ditempat ini punya pemikiran yang berbeda tentang keberhasilan, hal itu tidak salah namun kita mau kembali kepada firman Allah. Bagaimanakah firman Allah memandang sebuah keberhasilan. Atau apakah makna keberhasilan dilihat dari firman Allah. Bagi kita Alkitab adalah sebuah patokan, ukuran tertinggi untuk menilai segala sesuatu didalam kehidupan. Karena itu sudah sepatutnya bagi kita untuk menggali dari kebenaran Alkitab dalam persoalan ini.
Alkitab punya patokan khusus tentang bagaimana seseorang dikatakan berhasil dihadapan Allah. Ukuran keberhasilan menurut Alkitab belum tentu sama/ bahkan berbeda dengan ukuran keberhasilan menurut dunia.
Karena itu saat ini kita akan sama-sama mempelajari hal ini dari alkitab. Saya sebut ini adalah sebuah pembekalan bagi kalian agar ketika kalian dihadapkan dengan apa yang disebut keberhasilan, maka kalian akan tahu apakah ini benar-benar sebuah keberhasilan yang dirindukan Tuhan. Demikian juga jika kalian punya kerinduan untuk menikmati sebuah keberhasilan maka kalian akan mengetahui kunci untuk mendapatkannya.


Kriteria Alkitab untuk sebuah keberhasilan:

Harus dipahami bahwa keberhasilan menurut Alkitab itu bukanlah melulu persoalan jasmani saja namun juga rohani. Bahkan Alkitab mementingkan yang rohani dulu baru yang jasmani akan mengikuti.
Didalam Alkitab ada banyak contoh-contoh bagaimana kehidupan sesesorang dikatakan berhasil setelah mereka melewati berbagai macam ujian dari Tuhan dan mereka keluar sebagai pemenangnya.

Pertama:
Orang yang berhasil adalah orang yang melakukan
Firman Tuhan daripada kehendak dirinya sendiri
.

Bagi Tuhan yang disebut orang yang berhasil adalah orang yang mau melakukan firman diatas kehendak dirinya sendiri. Bagi TUhan orang dikatakan berhasil bukan pertama-tama karena ia memiliki harta ini dan itu, kepintaran ini dan itu, pangkat kedudukan ini dan itu. Tapi dalam pandangan Tuhan orang yang berhasil adalah ketika orang itu mulai menempatkan firman Tuhan diatas kehendak dirinya sendiri.
Ketika kita menempatkan kehendak kita lebih tinggi dari firman Tuhan, maka pada saat itulah kita mulai jatuh.
Tuhan Yesus memberikan teladan yang baik bagi kita bagaimana menempatkan Firman Allah/kehendak Allah lebih tinggi dari kehendak diri sendiri.
Kita baca dalam matius 26:36-44
Kita semua tahu bahwa kisah ini menceritakan bagaimana pergumulan Tuhan Yesus dalam kemanusianNya antara menuruti kehendak dagingnya atau kehendak Allah.

Bagi murid-murid dan orang-orang yahudi yang mencintai Yesus, sangatlah tidak keren dan tidak membanggakan akhir hidup Yesus. Yesus telah dianggap pahlawan, kebanggaan sekaligus penyelamat mereka yang selalu ada dan tidak pernah takut apapun. Namun ketika ditangkap oleh serdadu romawi, Yesus tiba-tiba bungkam seribu bahasa, tidak ada perlawanan, tidak ada pembelaan(sesuai dengan nubuat Yesaya). Orang-orang melihat kenyataan ini sambil mengharapkan bahwa Yesus akan menggunakan kekuatanNya untuk melawan dan membebaskan diriNya. Namun ternyata Yesus diam saja menerima penghinaan,cemoohan pukulan demi pukulan.
Kesimpulannya bagi dunia bahwa Yesus gagal dalam misiNya, Yesus seorang pembaharu yang gagal dalam misiNya ditengah jalan dan mati muda. Berarti meurut ukuran dunia Yesus gagal…
Namun bagi Allah, apa yang menurut dunia gagal bagi Allag itu sebuah keberhasilan.
Kita lihat dalam Yesaya 52:13
“Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.
Dalam ayat ini dikatakan bahwa hambaKu akan berhasil. Ini berbicara ketika Firman Allah menjadi manusia dan menjalankan misi penebusan. Sang Mesias itu mengalami penderitaan.
Namun Keberhasilan yang didapat oleh Yesus itu tidak akan terwujud ketika Dia tidak menundukkan diri kepada skenario Kitab Suci. Ketika Ia submit/menundukkan diri maka saat itulah Allah memandang bahwa Mesias berhasil dalam menjalankan misi Allah. Sekalipun dalam penundukan diri kepada kehendak Allah ada harga yang harus dibayar. Yesus habis-habisan mengalami penderitaan, harga diriNya hancur dan direndahkan serendah-rendahnya sampai tidak ada harganya untuk ukuran manusia. Bagi manusia Yesus gagal. Karirnya sudah tamat., Tapi bagi Allah, disanalah benih-beih keberhasilan itu mulai tumbuh.

Jadi jelas kalau kita ingin dipandang berhasil oleh Tuhan dan menjadi berhasil, maka kita harus mau tidak mau menempatklan kehendak Allah diatas kehendak kita. Ini harus diakui adalah proses pembelajaran yang panjang. Tidak ada seorangpun yang dengan sombongnya berani berkata bahwa dia sudah menuruti kehendak Allah secara sempurna dalam hidupnya. Kita semua sedang belajar kesana. Jika kita gagal dan jatuh, bangkitlah kembali jangan hukum dirimu. Pandang kedepan, perlombaan belum berhenti.

Kedua:
Orang yang berhasil adalah orang yang mampu
Melihat Sesuatu yang baik dari hal-hal yang kelihatannya tidak baik

Selanjutnya kita menemukan lagi dari firman Tuhan, bahwa orang yang akan berhasil atau orang yang dikatkan sebagai orang berhasil adalah orang yang mampu melihat sesuatu yang baik dari hal-hal yang kelihatannya tidak baik.
Tuhan seringkali melihat kita gagal di area ini, ketika sesuatu hal masalah, pencobaan dan ujian datang menghadang langkah kita, disana kita mulai gentar, mulai bersungut-sungut sehingga kita tidak mampu melihat hal baik dibalik semua itu.
Yesus mampu melihat bahwa dibalik penderitaan yang dialamiNya diatas salib, Ia melihat ada hal yang baik yana akan terjadi. Akan banyak manusia diselamatkan, setan dihancurkan. Kalau Tuhan tidak bisa melihat hal yang baik dibalik hal-hal yang kelihatannya tidak baik, maka anda dan saya tidak akan ada disini.Amiin? coba kita renungkan ini sama-sama. Kita baca dalam Yesaya 53:11
“Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
Ayat yang barusan kit abaca ini jelas menggambarkan bagaimana situasi tidak baik yang sedang dihadapi Yesus. Namun Dia tidak berfokus kepada situasinya, Dia tidak berfokus kepada penderitaan dan masalah yang menghadangNya. Yesus memandang saudara dan saya… Amiin!!! Sekali lagi saya katakan karena Yesus memandang saya, saudara maka Dia tetap kuat berjalan di golgota. Ketika Dia lemah secara fisik setelah mengalami siksaan yang berat pada malam sebelumnya, dan Dia mulai tergoda untuk menyerah ketika Dia jatuh karena tubuhnya lemah dan kehilangan banyak darah, setan mulai berkata sudahlah berhentin sampai sini. Yesus tidak dengarkan itu, Dia mulai membayangkan wajah saya, wajah jimmy, wajah kalian semua yang ada di tempat ini yang butuh diselmatkan.
Ketika saya renungkan ini, saya begitu malu dihadapan Tuhan. Bahwa saya gampang mengeluh, protes ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai yang saya harapkan. Saya tidak mampu melihat apa hal-hal baik dibalik segala peristiwa yang sedang saya hadapi. Hal ini tidak gampang saudara.
Anda tahu Yusuf? Bukan ko Yusuf ini, ko Yusuf ini tapi juga harus meneladani Yusuf di Alkitab karena namanya udah terlanjur sama.
Yusuf, Dia punya janji dari Tuhan bahwa dia akan dimuliakan, ditinggikan dan dipromosikan Tuhan. Namun kita semua tahu apa kenyataannya? Yusuf malah dipermalukan, difitnah dan dipenjara. Namun Yusus adalah seorang yang mampu melihat hal baik dibalik segala hal yang kelihatannya tidak baik. Ditangkap, difitnah,dipenjara itu apanya yang baik? Gak ada kan? Tapi Yusuf mampu melihat hal baik dibalik semuanya itu.
Coba kit abaca Kejadian 45:5
“tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.
Anda lihat bagaimana ucapan Yusuf??? Luar biasa. Dia mampu melihat hal yang baik dibalik segala hal yang tidak baik yang dia alami. Dia tidak mengungkit-ngungkit kesalahan saudaranya dulu kamu ini dan itu. Tapi Yusuf focus kedepan dan melihat rencana Allah yang lebih besar daripada segala penderitaan yang dia alami.
Karena itu yuk sama-sama belajar ketika kita menghadapi hal yang tidak mengenakkan, difitnah teman, dibohongin teman atau disakiti orang yang kita anggap dekat dengan kita. Jangan kecewa, jangan sakit hati. Lihat bahwa dibalik semua ini ada hal baik yang menanti kita amiin. Nilai ulangan jelek juga jangan susah lihat ada hal baik yang akan terjadi, dimarahi guru juga jangan susah, lihat hal baik. Bukan itu saudara, kalau karena tidak belajar dan nilainya jelek itu bukan menantikan hal baik, itu namanya menanti tidak naik kelas. Ha..ha…ha… Maksud Alkitab masalah itu datang bukan karena kita buat, namun karena proses yang diijinkan Tuhan.
Kalau anda berhasil dalam tahap ini, anda juga akan dilihat Tuhan sebagai orang yang berhasli dihadapanNya. Jadi orang dikatakan berhasil itu bagi Tuhan bukan karena dia punya mobil ini dan itu, punya rumah mewah ini itu. Ukurannya beda, karena Tuhan tidak memandang rupa, tapi melihat hati kita, karakter kita.
Contoh lagi Kaleb dan Yosua ketika mau memasuki tanah perjanjian, dihadapkan kenyataan bahwa Tuhan tidak begitu saja memberikan tanah itu pada mereka. Tuhan ingin mereka ada usaha, pengorbanan, perjuangan. Mereka harus hadapi orang-orang Enak yang tinggi-tinggi dan pandai berperang. Sepuluh pengintai tidak mapu melihat hal baik dibalik semua itu, mereka hanya lihat problemnya, raksasanya. Tapi Kaleb dan Yosua, mereka lihat hal yang baik yang menanti mereka.
Penting bagi kita untuk mampu melihat hal yang baik dibalik semua hal-hal yang seolah-olah tidak baik yang kita lihat atau alami.



Ketiga:
Orang yang berhasil adalah orang yang bisa dipercayai perkara kecil

Yang ketiga, orang yang berhasil dihadapan Tuhan adalah ketika seseorang itu bisa dipercayai dalam perkara-perkara kecil. Seringkali kita tidak sabar dengan yang kecil-kecil… iya kan. Kita mau berkat besar, pelayanan besar, semua serba besar. Kita menjadi tidak sabar dan tidak suka ketika Allah percayakan kita perkara-perkara yang kecil.
Padahal Allah ingin melihat sampai sejauh mana kerendahan hati kita dan kesetiaan kita. Allah tidak ingin kita terjatuh ketika langsung dipercayakan hal-hal yang besar. Contoh: kita dipercayakan karunia tanda-tanda ajaib, tapi karakter kita tidak siap, kita pasti jatuh dalam kesombongan dan itu jalan tol menuju kehancuran. Allah tidak ingin umatNya langsung menanjak kepada perkara besar jika karakternya belum siap. Musa butuh 40 tahun. Yusuf butuh 13 tahun. Semua ada yang namanya masa persiapan. Kalau anda ingin mencapai atau disebut orang yang berhasil oleh Tuhan, Anda harus setia dalam hal kecil, masuki dulu masa persiapan dari Tuhan ini. Jika kita setia dalam perkara kecil dan Tuhanlihat waktunya sudah genap, maka Ia akan percayakan hal-hal besar dalam hidup kita.
Contoh lagi Daud, yang hanya punya kambing beberapa ekor, tapi dia setia menggembalakan kambing dombanya yang Cuma sedikit itu. Sampai dia dipercayakan Tuhan menjadi raja yang menggembalakan orang Israel yang jumlahnya jutaan. Hal ini bukan dimulai mendadak namun ada proses yang didalamnya butuh waktu dan kesetiaan akan perkara kecil.

Kesimpulan:

Masih bayak yang bisa kita gali tentang bagaimana seseorang dikatkan sukses dihadapan Tuhan, namun beberapa hal yang kita pelajari saat ini cukuplah untuk sementara menjadi bahan perenungan bagi kita semua di tempat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar