Jumat, 10 April 2009

The History of Allah dalam Alkitab

By : Abuna Leonardo W


Setiap manusia memiliki kesadaran dalam hatinya akan adanya sesuatu kekuasaan yang lebih tinggi dari dirinya.Bahkan manusia merindukan pengetahuan tentang Allah; hasrat-hasrat agamawi membuktikan hal itu.[1]
Namun akibat kejatuhan manusia pertama dalam dosa maka segala kemampuan manusia untuk dapat mengenali Allah menjadi sangat terbatas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan atau dipercayai secara penuh. Rasul Paulus mengatakan bahwa hal ini diakibatkan karena manusia jatuh dalam dosa sehingga kehilangan kemuliaan Allah.[2]
Sehingga pengetahuan manusia akan Allah menjadi kabur.Meskipun demikian Allah masih dapat dikenali secara umum lewat karya-karya ciptaanNya yang ada didalam dunia ini.[3]
Sehingga dapat kita lihat dalam Alkitab setelah peristiwa kejatuhan manusia dalam dosa maka Allah sendirilah yang berinisiatif untuk membuka diriNya kepada manusia.[4]
Sekarang kita mempunyai panduan untuk dapat mengenal Allah yang benar.Buku panduan itu bernama Alkitab yang berisi tentang karya-karya Allah dan FirmanNya yang bisa memberikan pengertian kepada kita tentang pribadi Allah. Namun kita tetap jangan lupa bahwa meskipun kita memiliki Alkitab namun pengetahuan kita tentang Allah tetaplah terbatas oleh akal pemikiran kita.[5] Pewahyuan yang kita milki tentang Allah itu bersifat bertahap sepanjang sejarah.[6] Allah memahami keterbatasan pola pikir kita jika kita secara sekaligus diberikan pewahyuan akan pribadi Allah maka kita tidak akan sanggup untuk menampungnya.

Mempelajari asal usul
Kata El, Elohim, YHWH dan Allah

Sebelum kita mempelajari tentang Pribadi Allah baik itu ketritunggalan ataupun sifat-sifat Allah maka kita akan mempelajari asal-usul penggunaan kata Allah secara etimologis.
Pertama-tama harus dipahami bahwa tidak ada nama ilahi yang turun dari surga.Baik itu nama Yahweh yang dipakai oleh orang Yahudi ataupun kata Allah yang dipakai oleh orang-orang Kristen arab Jauh sebelum kelahiran Islam pada awal abad ke-7. Seorang ahli Perjanjian Lama Dr.CH Barth ketika melacak asal-usul nama Ilahi dalam kitab Taurat menuliskan hasil penelitiannya dengan sangat tepat sekali.DR. Barth menuliskan demikian:

“Nama Allah maksudnya YAHWEH tidak “diturunkan dari surga”. Dia sendirilah yang dikatakan turun(kel 3:8). Dia berkenan menyatakan diriNya kepada umat Israel. Itu berarti Ia menyatakan diriNya dalam bahasa yang cocok dengan telinga,hati dan mulut orang Israel; namaNya sendiri “berasal” dari mereka terambil dari nama-nama yang pernah menjadi biasa dalam pergaulan mereka, didaerah-daerah pengembaraan atau penumpangan mereka.”[7]

Jadi disini kita melihat bahwa Allah ketika mewahyukan diriNya itu melakukan pengkontekstualan nama diriNya dengan bahasa dan budaya yang dimengerti dengan mereka.[8]
Dalam bahasa Ibrani sendiri ada terdapat 2 macam nama Ilahi untuk menyebut nama Penguasa langit dan bumi: (1) Yahweh; dan (2) kelompok nama yang diawali dengan kata “EL”. Kedua nama ini berasal dari jaman dan tempat yang berbeda. Sebelum digunakan oleh tokoh-tokoh sejarah Alkitab sebagai satu-satunnya nama Tuhan yang benar, kedua kelompok nama ini juga pernah digunakan oleh orang-orang kafir untuk menyebut dewa-dewa local diberbagai tempat. Frank M. Cross dalam karyanya “Theological Dictionary of The Old Testament” menulis:

“… in the Canaananite pantheon ‘El was the proper name of The god par excellence, the head of the pantheon”.[9] Banyak contoh didalam Alkitab mengenai penggunaan kata El yang dikaitkan dengan kata sifat tertentu. Misalnya El Elyon(kej 14:19, “El yang Maha Tinggi), El Shaddai(Kej 17:1, “El yang Maha Kuasa), El ‘Olam(Kej 21:33, “El yang kekal).
Nama-nama ilahi dengan awalan El inilah yang pertama kali dikenal oleh bapak-bapak leluhur Israel yakni Abraham, Ishak dan Yakub.Barulah kemudian pada jaman Musa nama Yahweh mulai dikenal.Penggunaan kata Yahweh inipun dengan makna dan tujuan tertentu yang terkait dengan misi Musa untuk membebaskan bani Israel dari perbudakan Mesir.

Asal usul nama Yahweh:
Sebagaimana yang telah disinggung diatas bahwa nama Yahweh itu baru dikenal pada zaman Musa. Ketika Allah menyatakan diri kepada nabi Musa dalam suatu peristiwa semak belukar yang berapi. Ketika itu dalam kel 3:13 Musa bertanya kepada Tuhan; bagaimana tentang namaNya(Ibr.Mah symo?) jelas pertanyaan ini bukan bermaksud bertanya tentang nama Tuhan namun apa hakekat kuasa dibalik yang dinamakan. Karena pada lazimnya jika orang ingin bertanya nama, seharusnya Mi symo(siapa namamu) bukan Mah symo (bagaimana tentang namaNya).
Jadi jika kita menyebut nama Yahweh itu bukan sekedar dimaknai seperti nama-nama makhluk pada umumnya. Karena kata Yahweh ini lebih menunjuk hakekat dari Tuhan sendiri. Tuhan menjawab pertanyaan Musa ini dalam bahasa Ibrani: Ehyeh Asyer Ehyeh yang bermakna AKU ADALAH AKU(kel 3:14). Kemudian bagaimana kita bisa menemukan bentuk Yahweh dari kata Ehyeh Asyer Ehyeh tadi? Menurut tafsir yang ditulis oleh seorang rabbi Yahudi sendiri, bentuk Yahweh terkait dengan keMAHA HADIRan Allah, baik dulu,kini,maupun yang akan datang. KeberAda-an Allah yang dikaitkan dengan ketiga aspek waktu itu dalam bahasa Ibrani disebut hayah, “Dia telah ada”(He was); Howeh “Dia Ada”(He Is) dan Yihyeh, “Dia akan Ada(he will be). Hal ini mempunyai makna bahwa Allah itu kekal, Dia tidak terikat dengan aspek ruang dan waktu.[10] Dengan firman dalam Kel 3: 14 Allah menyatakan siapa DiriNya. Jika kita melihat secara gramatikal maka apabila Allah sendiri mengucapkan namaNya maka kita akan menemukan bentuk ehyeh (AKU ADA) namun bila umat yang mengucapkannya dengan memakai bentuk kata ganti orang ketiga maka ditemukan bentuk Yahweh (DIA ADA).

Makna “Nama” dan “Pribadi”
Dalam Alkitab
Dalam latar belakang kebudayaan Yahudi, nama seseorang itu selalu dikaitkan pribadi seseorang dibalik nama itu. Jadi nama seringkali mewakili kepribadian seseorang.Dalam Alkitab makna sebuah “nama” bisa didefinisikan dalam 3 aspek yakni: pertama, nama adalah pribadi itu sendiri; kedua, nama adalah pribadi yang diungkapkan; ketiga, nama adalah pribadi yang hadir secara aktif.[11] Jika kita menerapkan ketiga aspek mengenai makna sebuah nama ini kedalam Pribadi Allah maka kita akan melihat penjelasannya sebagai berikut:

1. Nama menunjuk pada pribadi itu sendiri

Dalam Alkitab sendiri nama seseorang itu selalu dikaitkan dengan pribadi seseorang. Jadi misalnya lenyapnya seseorang seringkali dalam Alkitab disebut dengan “namanya hilang”.Misalnya, doa orang Israel ketika mereka kalah dalam sebuah peperangan:
“…Mereka akan mengepung dan melenyapkan nama kami dari bumi ini.Dan apakah yang akan Kau lakukan untuk memulihkan namaMu yang besar itu?(yos 7:9)”
Bahkan Allah sendiri sering disebut dengan istilah “Sang Nama/Ha Shem.[12] Kita dapat melihat hal ini dalam Kitab Imamat 24:11 dalam teks bahasa Ibrani ayat ini berbunyi:
“Wiyyiqov ben ha isyah ha Yisrael et Ha Shem/Anak perempuan Israel itu menghujat Sang NAMA dengan mengutuk”[13]
Dari contoh kita dapat melihat dengan jelas bahwa nama menunjuk kepada Pribadi yang di”nama”kan. Sehingga yang terpenting bukanlah penyebutan nama Yahweh dalam bahasa Ibrani asli namun Pribadi dibalik yang disebut itu yang mmencakup Hakekat dan SifatNya.


2. Nama adalah Pribadi yang diungkapkan

Yang kedua kita akan melihat bahwa nama adalah pengungkapan Pribadi dari sosok yang memiliki nama tersebut. Misalkan dalam Amsal 18:10 dikatakan bahwa nama TUHAN/Shem Yahweh adalah menara yang kuat. MaksudNya disini adalah Pribadi Allah adalah Pribadi yang hidup dan aktif yang dengan kekuasaan IlahiNya menjaga dan melindungi umatNya. Yang menarik jika kita membaca dalam kitab Yesaya 30: 27 yang didalam bahasa Ibrani tertulis:
“Hinneh, syem Yahweh ba mimerhaq…”
“Perhatikanlah , nama TUHAN datang dari tempatNya yang jauh…” kenapa dalam ayat ini tidak dikatakan bahwa Tuhan yang datang kan seharusnya cukup demikian.Jadi maksudnya bila disebutkan bahwa nama TUHAN yang datang adalah bermakana menyatakan pengungkapan diri Yahweh itu sendiri.

3. Nama adalah Pribadi yang hadir secara aktif

Makna sebuah nama dan Pribadi dalam yang Alkitab yang ketiga adalah kehadiran aktif dari Pribadi yang dinamakan. Artinya adalah sebuah nama bagi Tuhan adalah bentuk kehadiranNya yang selalu ada bagi UmatNya. Misalkan dalam Mazmur 76:2
“…namaNya masyhur di Israel”
Hal ini dibuktikan dari perbuatan-perbuatan dahsyat Allah yang dialami oleh bangsa Israel. Sebuah contoh lagi adalah saat pergumulan antara Elia dengan nabi-nabi baal di gunung karmel.Dalam kompetisi ini nabi Elia mengusulkan peperangan Nama TUHAN versus nama-nama ilah selain Dia. Disini nama bukan sekedar nama,namun melambangkan kehadiran Pribadi dibalik sesuatu yang dinamakan.[14] Hal ini tentu berbeda dengan manusia yang tidak selalu dapat hadir dimana-mana pada segala waktu. Hanya Allah saja yang selalu ada dimana-mana dan selalu sedia segala waktu. Ketika kita mengatakan Yahweh Yir’eh maka Allah akan ada bersama-sama kita sesuai dengan atribut namaNya yang kita sebut. Karena sejatinya Dia memang Immanu-El (God With Us)!

Asal usul gramatika kata Allah
Serta penggunaannya pada lingkungan Kristen Arab
Sebelum jaman Islam

Kita umat Kristen seringkali dalam doa kita dan puji-pujian kita menyebut Pribadi yang kita sembah dengan sebutan “Tuhan” dan “Allah” namun sudahkah kita mengetahui makna atau arti dari kata “Tuhan” dan “Allah” yang kita gunakan ini?
Kita akan membahas terlebih dulu arti dari kata “Tuhan”
· Tuhan: berasal dari bahasa melayu yang bermakna Penguasa atau yang mempunyai wewenang. Kata Tuhan adalah penyangatan dari kata tuan.Tuan segala tuan yakni Tuhan. Jadi kata Tuhan disini tidak menunjuk sebuah nama Pribadi namun gelar atau jabatan fungsional. Seperti misalnya raden,Gusti dalam bahasa jawa atau Lord dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Ibrani kata Tuhan adalah sebanding dengan kata Adonay dan Kurios dalam bahasa Yunani. Sedang dalam bahasa arab sendiri adalah rabb yang semuanya bermakana Penguasa.

· Allah : Asal-usul kata Allah ini berasal dari bahasa aramaik Allaha.Dari bahasa aram menjadi Allah dalam bahasa Arab. Kata ini adalah kata benda khusus yang tidak bisa dijamakkan lagi.[15] Kata Allah itu berasal dari kata Al dan Ilah. “al” disini adalah definite article atau kata sandang yang menunjukkan kekhususannya. Jika dalam bahasa Inggris adalah “The”. Contoh jika kita menyebut “book” itu artinya bisa buku yang mana saja. Tapi kalau ditambahi “the” menjadi “the book” artinya buku itu.Dalam bahasa arab misalnya “kitab” bisa kitab yang mana saja. Tapi jika al + Kitab menjadi Alkitab itu bermakna Kitab yang itu.
Demikian juga dengan kata Allah berasal dari al + Ilah.
Ilah, bermakna sembahan atau yang disembah. Walhasil jika kata ilah ditambah al menjadi kata Allah yang bermakna sembahan yang satu-satunya itu. Jadi jika dalam Alkitab bahasa arab dalam 1 kor 8:4 ditulis wa an laa ilaha illa-llah itu maknanya adalah tidak ada ilah(sembahan) selain Allah(sembahan yang satu itu). Kata Allah ini dalam bahasa Ibrani sejajar dengan Elah dan Ha-Elohim yang semuanya bermakna sembahan yang satu-satunya.
Jadi sekarang jelas bahwa ketika kita menyebut Allah,maknanya adalah satu-satunya Pribadi yang menjadi sesembahan kita.



Penggunaan nama Allah
Di lingkungan Kristen Arab
Sebelum jaman Islam

Beberapa waktu yang lalu ada keberatan di pihak umat Islam di Malaysia dan Indonesia merasa keberatan mengenai penggunaan kata Allah dalam lingkungan Kristen. Pandangan seperti ini sebenarnya tidak didukung oleh Al-Qur’an sendiri. Seorang cendekiawan Muslim Alm. Prof Dr.Nurcholish Madjid menulis dalam bukunya yang menangapi keberatan dipihak sebagian umat Islam mengenai penggunaan kata Allah dilingkunagn Kristen mengatakan bahwa pandangan ini tidak didasari oleh Qur’an sendiri. Karena AlQuran menegaskan dalam Q.s al-hajj/22:40 bahwa didalam gereja pun nama Allah banyak disebut.[16] Bahkan Dr.Kautsar Azhari Noer yang adalah seorang dosen Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta mengakui dalam tulisannya; “Nama Allah dalam Tasawuf”[17] :

“…Nama Allah telah lama digunakan oleh orang Arab sebelum Islam, Allah, yang biasanya dianggap sebagai perubahan bentuk dari al-ilah adalah sebutan “Tuhan tertinggi” orang arab pra Islam. F.V. Winnet, seorang sarjana Barat mengatakan bahwa prasasti-prasasti Arabia selatan(Ma’in , Saba’ , Qataban) dan Arabia Utara (Lihyan , Tsamud , dan Safa) membuktikan bahwa Tuhan tertinggi itu, Allah telah disembah sejak waktu yang tidak diketahui.”

Jadi jelas bahwa memang kata Allah bukanlah trade mark Umat Islam namun merupakan warisan penggunaan umat Yahudi dan Kristen pada zaman sebelum kelahiran Islam. Untuk membuktikan bahwa kata Allah sudah dipakai oleh orang Kristen Arab jauh sebelum kelahiran Islam kita dapat melacaknya dari penemuan-penemuan arkeologis yang berupa inskripsi-inskripsi yang terpahat pada batu-batu purba yang disebut prasasti yang umurnya bertanggal jauh sebelum kelahiran Islam.
Inskripsi yang tertua yang berhasil dilacak diketemukan dikota Umm al-Jimmal yang bertarikh tahun 250-271 M. Sedangkan inskripsi yang jelas memuat kata Allah dan dari tradisi Kristen adalah Inskripsi Umm al-jimmal juga namun bertarikh pada paruhan abad ke-6. Inskripsi ini diawali bacaan : “Allah ghafran” /Semoga Allah mengampuni.[18]
·
Inskripsi Zabad
(tahun 512 M)
Inskripsi ini sudah lama ditemukan yakni pada tahun 1881 oleh Dr, Sachau. Zabad adalah nama sebuah kota yang berada disebelah tenggara Allepo (halab), antara Qisrin dan sungai Eufrat. Inskripsi ini ditemukan direruntuhan sebuah gereja kuno yang diteliti para ahli bertarikh pada tahun 512. Menarik sekali bahwa Inskripsi ini ditulis dalam 3 bahasa yakni Aram, Yunani dan Arab. Dalam inskripsi itu terdapat gambar salib yang membuktikan asal-usul kekristenannya dari inskripsi ini. Lebih menarik lagi bahwa inskripsi ini diawali dengan bacaan “Bism al-ilah” yang kemudian disambung dengan nama-nama Kristen Syrian yang membangun gereja tersebut.
Demikian bunyi kutipan ini saya kutipkan dalam bahasa arab:
“ Bism al-ilah : Sergius bar Amad, Manaf wa hani bar Mar Al-qais, Sergius bar sa’ad, wa sitr, wa Souraih”
artinya: “dengan nama al-ilah/Allah : Sergius putra Amad, manaf dan Hani putra Mar al-qais, sergius putra Sa’ad dan Sitr dan Suraih”[19]
Inskripsi ini sendiri merupakan sebuah tugu peringatan/Martyrion penghormatan untuk para Syuhada’/Martyr yang didedikasikan untuk menghormati St.Sergius.

Inskripsi Harran al-Laja (568)

Penemuan inskripsi ini sendiri baru pada tahun 1864 di kota Harran, al-Laja diwilayah timur Jabal(pegunungan) Druze. Tulisan inskripsi ini dipahat dalam bahasa Yunani dan Arab disebuah batu diatas pintu sebuah gereja. Inskripsi ini merupakan sebuah tugu martir yang didedikasikan kepada Mar Yahya al-Ma’madan (St.Yohanes Pembabtis) atas perintah Syuhrabil bin Zalam, Raja Arab dari kindah.
Bunyi dari inskripsi tersebut sebagai berikut:
Ana syahrabil bnu Zhalamu,banayta dza(Shalib) al-Martur saniyat 436 ba’da mafsad khaybar, bi ‘am

Artinya:
“Saya Syahrabil putra Zhalam, membangun (tanda salib) martyrion gereja ini pada tahun 438 setelah kehancuran kota khaibar pada tahun…”

Dari inskripsi-inskripsi ini kita melihat bahwa nama Allah itu sudah dipakai oleh umat Kristen jauh sebelum jaman Islam. Bagi iman Kristen nama itu dimaknai sebagai sembahan yang satu-satunya/Al-ilah yang dikenal dalam perwujudan Sang Firman yang menjadi manusia Yesus Kristus.

Keesaan Allah dalam
Alkitab :
Iman Kristen sering disalah pahami sebagai suatu iman kepercayaan yang mempercayai lebih dari satu ilah.[20] Apalagi dengan adanya istilah Tritunggal dalam bahasa-bahasa keagamaan kita maka kita sangat potensial dituduh sebagai kaum Polytheis dan orang-orang yang mempersukutukan Allah/syirk. Namun apakah tuduhan-tuduhan mereka itu benar-benar seperti apa yang mereka perkirakan tentang iman kekeristenan kita. Rasul Petrus dalam suratnya 1 Petrus 3: 15 mengatakan:
“kurion de ton christon agiassate en tais kardiais hemon, hetoimoi aei apologian panti to aitounti humas logon peri tes en humin elpidos…”
1 petrus 3:15
artinya:
“Kuduskan Almasih dalam hatimu sebagai Tuhan, dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggunan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu,tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.

Dalam ayat ini Petrus berbicara tentang “APOLOGY” dalam kalimat ini bentuk kata ini dalam bahasa Yunani adalah noun accisative feminine singular common yang bermakna dalam bahasa Indonesia adalah Verbal defence atau a reasoned statement semuanya berbicara memberikan dasar-dasar alasan kenapa kita mempercayai Dia.

Qul huwallahu ahad” [21]

demikianlah bunyi salah satu ayat didalam Quran yang berarti “katakanlah Dia Allah yang Esa”
Iman Kristen dengan pengakuan imannya mengenai Trinitas potensial dituduh memiliki bertuhan tiga. Apalagi dalam bahasa sehari-hari kita seringkali secara tidak sadar mengucapkan istilah-istilah yang sebenarnya tidak ada didalam Alkitab sendiri. Misalkan Allah Anak dan Allah Roh. Kalau mau jujur didalam Alkitab tidak ada istilah ini. Karena dampak dari pemakaian istilah akan timbul kesan adanya beberapa Allah. Padahal Tritunggal itu bukan berbicara mengenai keberapaan Allah namun Kebagaimanaan Allah.Yakni bagaimana Allah yang Esa itu berkarya dan menyatakan diriNya dalam sejarah umat manusia.
Karena itu perlunya bagi kita untuk memikirkan kembali bahasa Theologis kita ketika kita akan mengkomunikasikan iman kita kepada orang lain. Sebuah contoh lagi mengenai kata “allah” dalam huruf kecil. Ini jelas-jelas kesalahan bahasa. Karena kata Allah adalah kata benda khusus yang tidak bisa dijamakkan lagi. Kata Allah itu berasal dari kata al dan ilah. AL adalah kata sandang yang sepadan dengan “the” dalam bahasa Inggris. Jadi kata al dan ilah melebur menjadi kata Allah yang bermakna Ilah yang itu. Atau ilah yang satu-satunya. Jadi tidak bisa kita mengatakan “jangan ada padamu allah lain dihadapanKu. Yang benar adalah Jangan ada padamu ilah lain dihadapanKu.
Kekristenan jelaslah sebuah iman kepercayaan yang mendasarkan iman percayanya kepada satu-satunya Allah.Sebagaimana tampak dalam kitab Ulangan 6: 4 yang terkenal dengan Istilah Syema’ (semacam syahadat orang Yahudi; band. Dengan sayahadat dalam Islam) yang berbunyi:
“Syema Yisra’El YHWH Eloheinu YHWH Ehad”
Syema ini dikenal dengan istilah Mitzvah ha Risyonah yang dikenal baik dalam degup jantung seorang Yahudi. Karena Kekristenan adalah penggenapan dari Yudaisme sendiri maka pengakuan iman kita pun adalah sama. Sebagaimana yang Yesus katakan dalam Injil Markus 12:29
“ fa ajaabahu Yasuu’u : uulal washooyaa jamii’aan hiya; “isma’u yaa israa’iil, ar-rabbu ilaahunaa rabbuw waahid”

Jadi jelas baik dalam PL maupun PB kita umat Kristen meyakini hanya ada satu-satunya Allah yang benar yang kita sembah. Allah Abraham,Ishak dan Yakub. Lalu bagaimana kaitannya dengan kepercayaan kepada Tritunggal? Seperti yang kita ketahui bahwa istilah Trinitas juga sebenarnya tidak ada dalam Alkitab. Namun bukan berarti bapa-bapa Gereja memunculkan istilah ini tanpa dasar alkitabiah. Sebab pengalaman itu selalu mendahului perumusan iman. Contoh kisah Abraham ketika diperintah Allah untuk menyerahkan Ishaq.Sebelumnya Abraham tidak kenal itu Istilah Yahwe Yireh.Namun setelah dia mengalami pengalaman dengan Allah sebagai El yang menyediakan maka Ibrahim merumuskan imannya tentang Allah sebagai El yang menyediakan. Daud punya istilah Yahweh Ro’I setelah punya pengalaman dengan Tuhannya sebagai Tuhan yang bertindak seperti seorang Gembala bagi Dia. Jadi didalam Alkitab hampir selalu bahwa perumusan/pengakuan iman itu didahului dulu oleh pengalaman.
Demikian juga dengan istilah Tritunggal ini. Rasul-rasul dulunya tidak mengenal siapa Yesus namun lewat PengajaranNya, perbuatanNya dan pewahyuan yang diberikan Roh Kudus setelah kenaikanNya maka semakin mantaplah pengakuan iman mereka. Namun patut dicatat latar belakang pengakuan iman mereka tentang Yesus tidak menciderai dan bertentangan dengan KeEsaan Allah sebagaimana yang menjadi landasan dasar iman mereka sebagaimana yang akan kita pelajari selanjutnya.
Pertama kali istilah tritunggal dimunculkan oleh seorang bapa Gereja yang bernama Tertulian yang hidup sekitar tahun 160-220M. Tertulian dalam bukunya yang terkenal Adversus Praxean menuliskan Una substansia, tres personae “Satu Dzat dalam tiga persona”. Maksudnya Allah itu Esa dalam substansi atau hakekat,tiga dalam hypostasis/persona/shifat. Namun kata persona disini tidak boleh dikacaukan dengan person dalam makna psikologi. Persona disini adalah dalam makna metafisik adalah cara berada Allah.
Jadi Trinitas itu maksudnya adalah Allah, FirmanNya dan RuhNya. Hanya ada satu Wujud/sumber Keilahian yang disebut Bapa. Didalam diri Bapa(1kor 8:6) ini berdiam secara kekal pula Firman(Yoh 8:42) dan RuhNya(yoh15:26). Jadi disini jelas bahwa Sumber keilahian hanya satu yakni Allah yang disebut Bapa.Tidak ada tempat bagi ilah nomer dua atau tiga.Jadi Allah yang benar itu memang harus Trinitas,yakni Allah,FirmanNya dan RuhNya.Jika tidak mau disebut Bapa, Anak,Ruh
Kudus sebut saja Allah,AkalNya/kalimat dan HidupNya/RuhNya. Setelah saya menjelaskan ini didalam acara-acara dialog yang saya adakan dipesantren mereka tidak banyak bertanya lagi dan mengatakan bahwa bahwa kalau yang seperti ini tauhid. Terlepas dari keyakinan iman Kristen bahwa Firman itu Nuzul/turun menjadi manusia.
Jadi jika seandainya kita ditanya siapa yang menciptakan langit bumi dan seisinya.Kita jangan lagi menjawab: Bapa(ayatnya kej 1:1) Anak (Yoh 1:1-3) Roh Kudus (Mazmur 33:6). Ini akan membuat bingung karena kesannya seolah-olah ada 3 yang menciptakan. Dalam buku-buku tulisan sarjana-sarjan barat seperti ini adalah akibat dipisah-pisahkan pelajaran mengenai Allah Bapa,pelajaran tentang Allah Anak, Kemudian tentang Roh Kudus.Akibatnya orang yang membaca menjadi bingung dengan tritunggal itu sendiri.Jadi cukuplah dijawab bahwa Allah menciptakan semuanya ini dengan Firman/LogosNya dan memberi kehidupan lewat RuhNya. Jelas disini siapa yang punya Firman dan siapa yang punya Ruh. Jadi keesaan Allah dipertahankan disini.

Cur Deus Homo:
Gusti Allah Dadi menungso


Istilah yang popular di gereja saat ini adalah Allah jadi manusia yang juga sebenarnya jika mau jujur istilah ini tidak ada didalam Alkitab. Apalagi iman Kristen yang lahir dalam latar belakang Yudaisme sangat sulit sekali mengatakan secara vulgar Yahweh menjadi manusia. Namun orang Yahudi percaya bahwa Allah lewat MemraNya/Firman menyatakan diri kepada umatNya. Dikalangan gereja yang sudah sama-sama percaya mungkin tidak masalah kita mengatakan bahwa Allah jadi manusia.Namun ketika kita berbicara dengan komunitas lain yang belum paham maka bahasa-bahasa popular yang sebenarnya tidak tepat itu sebaiknya kita hentikan penggunaannya.
Tidak dibedakannya antara keilahian dan ketuhanan Yesus akan menjadi sumber kesalahpahaman yang terus menerus antara Islam dan Kristen.
Seringkali umat Islam salah paham dengan gelar Tuhan Yesus yang seolah-olah menjadikan syrik atau mempersekutukan Allah dengan Tuhan yang lain. Sehingga umat Islam menterjemahkan syahadatnya “Laa ilaha illallah” sebagai tiada Tuhan selain Allah karena melihat bahwa umat Kristen menyebut Tuhan Yesus. Padahal terjemahan yang harfiah dari syahadat itu adalah tidak ada ilah/sembahan selain dari Ilah yang satu itu/Allah. Istilah itu justru dikenal baik dalam Alkitab berbahasa Arab dalam 1 kor 8: 4 “wa an laa ilaha illallah al-ahad”.

The Lordship of Jesus Christ
Dalam Yudaisme:

Gelar ketuhanan Yesus dilatar belakangi oleh penyebutan Perjanjian Lama yang berhubungan dengan Mesias.Dalam kitab sefer tehillim/Mazmur 110:1 disana berbunyi:
“Neum YHWH ladonay, syev li yaminiy”(YHWH berkata kepada Tuanku, duduklah disebelah kananKu).
Dalam tulisan-tulisan rabi-rabi Yahudi pra Kristen seperti misalnya dalam Yakult shimoni (tehilim 110) tertulis disana, “rabi Yodan berkata atas nama rabi Ahan bar Hainan, “Yang Maha Esa akan menempatkan Raja Messiah duduk disebelah kananNya”, tafsiran yang senada juga terdapat dalam nedarin 32b dan Sanhedrin 108b (lihat Risto santala, The Messiah in the
old testament in the light of rabbinical writings; Jerusalem karan ahvah meshihit,1992)
Semua tafsir-tafsir Yahudi sebelum jaman Kristen menerapkan ayat ini dalam diri Mesias yang akan datang. Umat Kristen hanya meneruskan saja tradisi sebelumnya bahwa Mesias akan bergelar Lord/Tuan.
Adonay/Kurios bermakna Tuan/Penguasa adalah gelar fungsional Allah sebagai Sang Penguasa Alam semesta ini. Jadi gelar Tuhan bagi Yesus itu tidak menunjuk Pribadi Allah sendiri namun menunjuk kepada gelar fungsional dari Allah sebagai Penguasa dan ini dilimpahkan atau dijalankan oleh MesiasNya. Hal inilah yang melatar belakangi kotbah rasul Petrus dalam Kis Rasul 2:36
“… annallaha qod ja’ala Yasuu’a, hadzal ladzii sholabtumuuhu antum, rabbaw wa masiihan
Jadi kalau kita tidak mengerti bedanya istilah Allah dan Tuhan maka kita akan bingung membaca ayat ini. Bahwa Allah yang menjadikan Yesus itu Tuhan dan Kristus. Artinya bukan dalam makna ilah selain Allah namun sebagai Tuan/Lord sesuai dengan pengharapan Mesianik Yahudi tadi. Karena itu kita dapat melihat dalam Matius 28:18 Sayidina Isa Almasih berkata:
“… Dufi’a ilayya kullu sulthoonin fiis sama’i wa ‘alal ardh” yang juga paralel dengan Filipi 2:5-11 yang berbicara mengenai gelar ketuhanan Yesus yang diterapkan untuk kemanusiaanNya yang adalah anak Maria.
Kesimpulannya disini bahwa jika umat Kristen menyebut Lord Jesus itu bukan dalam makna GOD namun dalam makna gelar kepenguasaan Allah yang disandang oleh MesiasNya.Lantas pertanyaannya akan berlanjut apakah pelimpahan kekuasaan kepada seorang manusia belaka ini tidak menyebabkan dosa syirik yang membuat orang jadi musyrik(memyekutukan
Allah)? Kita akan menjawab hal ini dalam pembahasan mengenai keilahian Yesus.


Lahutiyah of Jesus Christ:

“bereshit haya ha dabar wa ha dabar haya et-ha elohim we hu ha dabar Elohim”
… we ha dabar lavasy basar”
ha besorah ha qadosya yokhanan 1:1,14
artinya:
"Pada mulanya adalah Firman/Kalimatullah, Firman/Kalimatullah itu bersama-sama Allah dalam Dzat Allh dan Firman/Kalimatullah itu adalah Allah.

ayat ini adalah kunci untuk memahami makna keilahian Yesus. Harus diakui gereja kurang popular untuk menampilkan pemahaman Yesus Firman Allah. Gereja lebih popular memunculkan pandangan bahwa Yesus itu Allah.Padahal ketika kita mengatakan Yesus itu Allah maka pertanyaan selanjutnya akan muncul yakni dalam makna apa seorang manusia Yesus bisa disebut Allah?
Jadi dalam pemahaman kekristenan timur tidak dikenal istilah Allah al-muttajasad/Allah jadi manusia melainkan kalimatullah al-muttajasad/Firman menjadi manusia.
Menurut ayat yang kita baca diatas dikatakan pada mulanya atau En arkhe ini menunjuk sebelum adanya ruang dan waktu atau zaman kekekalan sudah ada Firman/Logos.Logos itu bersama-sama dengan Allah artinya antara Allah dan FirmanNya bisa dibedakan namun kemudian ditutup dengan kalimat Logos itu adalah Allah sendiri.Menariknya Yohanes menulis dalam bahasa aslinya itu kai theos en ho Logos, disini Theos ditulis tanpa kata sandang yang berarti bahwa Logos ini adalah bukan hakekat yang lain lagi dari Theos yang disebut sebelumnya. Jadi kalau kita terjemahkan dengan pemahaman theologies yang sederhana ayat ini berbunyi demikian:
“Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu Ilahi didalam diri Allah”


Dapat disimpulkan bahwa Hypostasis/Shifat/cara berada Allah itu bukan Ousia/Dzat/hakekat Allah namun Hypostasis/shifat juga bukan lain dari Allah. Jadi ini hanya soal bagaimana kita mengungkapkan kebenaran Allah ini secara indah.Rasul Yohanes berhasil mengungkapkan hal ini dalam prolog Injilnya.
Setelah itu pada puncaknya dalam pasal yang sama pada ayat yang keempat belas dikatakan:
“ wal kalimatu shooro basyaroon”
“dan Logos itu menjadi manusia”
Jadi disini jelas gelar kenapa umat Kristen itu memuji dan menyembah Yesus, karena Yesus itu adalah Firman yang menjadi manusia dan sebagai Firman Dia adalah Allah. Jadi secara fisik dan darah daging yang tampak itu bukan Dzat Allah atau hakekat Yahweh yang adalah Roh.Namun disebalik yang fisik itu Yesus sebagai Firman Dia adalah Allah sendiri. Kita harus membedakan tabiat keilahian dan kemanusian Yesus dengan tepat untuk dapat menjelaskan tentang iman kita. Sebagaimana orang Yahudi membedakan antara Ein sof,Yaitu bagian dari hakekat Allah yang tidak bisa dipahami oleh manusia(transendensi Allah) yang tak tersentuh oleh indera manusia dengan sefirot,yakni cara-cara Allah menyatakan kepada manusia sehingga Ia dapat dipahami dan dirasakan kehadiranNya(imanensi Allah).Dengan demikian kekristenan yang berakar langsung pada monotheisme Yahudi itu tidak mungkin tercemar pada penyembahan berhala. Jika Yesus disebut Sang Penguasa Alam juga tidak akan terjatuh kepada dosa menyekutukan Allah, karena Yesus sebagai Firman bersumber dari Wujud Allah itu sendiri. Jadi syahadat kita jelas yaitu Laa ilaha illal-lah dan Laa robba illal-masiih artinya: Tidak ada Ilah selain Allah dan Tidak ada Tuhan selain Yesus.Ini cocok dengan 1 korintus 8:6
“fa laysa ‘indanaa nahnu illa ilaahuw wahiidun huwal abul-ladzii minhu kullu syai’in, wa nahnu lahu, wa rabbuw waahidun huwa yasuu’a l-masiihu ladzii bihi kullu syai’in wa nahnu bihi”


"namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Kenapa Paulus tidak membalik redaksinya menjadi karena bagi kita hanya ada satu Allah yaitu Yesus dan satu Tuhan yaitu Bapa? Hal ini terkait dengan pemahaman dan latar belakang PL tadi. Bahwa hanya ada 1 Wujud dan sumber keilahian yang disebut Bapa yang dari Dia itu berasal segala sesuatu dan untuk Dialah hidup kita ini. Kemudian tidak berhenti disana Paulus melanjutkan dalam konteks nuzul/turunnya Firman yang merupakan sefirot/hypostasis dari Allah yang disebut sebelumnya sebagai Sumber Keilahian tadi Yesus disebut dengan gelar Lord(gelar kemanusian Mesias) dan kemudian diteruskan yang olehNya(Firman/Logos) segala sesuatu dijadikan(berbicara tabiat ilahi Yesus sebagai Logos). Jadi dalam ayat ini Paulus jelas mengungkapkan bagaimana hubungan antara Allah dan FirmanNya,hubungan antara Hakekat Allah dengan Shifat/hypostasisnya yang menjadi manusia Yesus Kristus.

2 tabiat Yesus; sebuah perbandingan
dengan Ilmu kalam Islam

Dalam Islam firman Allah dipahami turun menjadi sebuah kitab sesuai dengan surat ‘Ali Imran 3. Sedangkan dalam Kristen Firman Allah turun menjadi manusia.Seorang penulis Muslim yang bernama Sayyid husein nasr mengatakan bahwa Yesus seharusnya tidak dibandingkan dengan nabi Muhammad melainkan dengan Al-Quran. Karena Yesus dalam keyakinan Kristen adalah perwujudan Firman Allah,demikian tulisnya. Kemudian dia meneruskan bahwa kedudukan Nabi Muhammad dibandingkan dengan Maria karena sama-sama sebagai penerima Firman. Ilmu kalam Islam membedakan Qur’an sebagai kalam lafdzi dan kalam nafsi. Kalam lafdzi ini adalah Qur’an yang temporal yang mengalami perkembangan secara vokalisasi, yang mampu dibaca dan dipelajari dan dapat juga rusak karena bersifat fana.Sedangkan Qur’an sebagai kalam nafsi adalah Qur’an yang di surga sana adalah Qur’an yang kekal yang tidak diciptakan yang bersama-sama dengan Allah.Pertanyaannya adalah apakah disini jika ada 2 yang kekal tidak menimbulkan ta’adud al-qudama (berbilangnya yang kekal) alias jika ada 2 yang kekal ini membahayakan keesaan Allah karena hanya Allah yang kekal. Namun ilmu kalam Islam menetapkan bahwa Qur’an sebagai kalamullah tidak diciptakan dan sebagai kalam Allah itu adalah shifat Allah. Sehingga muncullah istilah Ash-shifat laysa adz-dzat wa laa hiya ghairuha “sifat itu bukan dzat juga tidak beda dengan Dzat”. Jadi mestinya jika umat Islam tidak kesulitan memahami Qur’an sebagai kalam Lafdzi dan kalam nafsi tentu akan mudah memahami dua tabiat Yesus sebagai Manusia yang itu temporal,bisa mati dan satu sisi sebagai Firman yang kekal dan tidak diciptakan bahkan melaluiNya segala sesuatu diciptakan.Menariknya pergumulan Islam mengenai kekekalan Qur’an salah satu sebabnya akibat perjumpaan teologis dengan kekristenan timur sekitar abad 9.

Iman Kristen membedakan 2 tabiat Yesus namun tidak memisahkan seolah-olah ada 2 Yesus disana.Yesus Kristus kamala bi al-lahut(sempurna dalam keilahian sebagai Kalimatullah/Firman Allah) dan kamala bi an-nasut(sempurna dalam kemanusian dalam tabiat darah dagingnya). Jika kita tidak membedakan ini maka kita tidak bisa menangkap banyak dari makna-makna sabda Yesus yang terekam didalam Injil al-Muqaddas. Saat dimana Dia berbicara dalam kodratNya sebagai manusia; “Bapa lebih besar daripada Aku” dan lain waktu Dia berkata dalam kodrat IlahiNya sebagai Kalimatullah; Sesungguhnya sebelum Abraham jadi Aku Ada/Ego Eimi(gelar YHWH dalam PL).

Personifikasi Memra Yahweh
Dalam Targum

Menariknya kita bisa melihat didalam Targum(targum adalah terjemahan paraphrase PL dalam bahasa aram) disana Memra Yahwe/Firman Allah dipersonifikasikan dan ditempatkan bersama-sama dengan Allah, seolah-olah ada 2 pernyataan Allah disana Yahweh dan MemraNya.Namun bagi orang Israel ini bukanlah bermakna ada 2 Allah melainkan terkait pemahaman mengenai bagaimana cara Yahweh yang transenden itu menyatakan diri dengan cara yang dapat dipahami oleh manusia. Misalnya kita lihat dalam Kitab Kejadian 1:27 dalam targum Yerusalem disana diterjemahkan:
“And The LORD’s/YHWH Memra created man”(targum Yerusalmi bereshit 1:27)
“…if the LORD’s Memra will be with me…then the LORD’s Memra will be my God” (targum onqelos bereshith 28:20)
“Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan akan menyelamatkan mereka dengan Firman TUHAN, Elohim mereka. (Targum Yonathan Hosea 1:7)”
“Dan Firman TUHAN menyebabkan turunnya belerang dan api ke atas penduduk Sodom dan Gomora, dari TUHAN di sorga.” (Targum Yonathan Kej 19:24)

Jadi dalam pandangan Yudaisme mengenai Tritunggal sebenarnya bukan pemahaman yang asing sama sekali.Yang ditolak oleh orang Yahudi sebenarnya terkait dengan penolakan mereka akan Kemesiasan Yesus. Konsep inilah yang melatarbelakangi Prolog Injil Yohanes. Dalam pandangan Yahudi sendiri mereka memahami bahwa Memra Yahweh adalah Mesias yang akan datang untuk memenuhi pengharapan mereka.

Kristologi Yudaisme
Tentang Shekinah(kehadiran Allah di bumi)

Hal yang mungkin asing bagi pemahaman kekristenan barat mengenai konsep shekinah akan kita pelajari secara singkat dalam pemahaman khas Yudaisme menenai Shekinah sebagai wujud kehadiran Allah di bumi. Dalam Yudaisme untuk memagari jangan sampai ada gambaran ide keilahian yang terlalu manusiawi (too human), sehingga biasanya untuk menjelaskan Allah yang berfirman, ataupun berbicara mengenai Kalimatullah/Logos tou Theou sehingga dikatakan Firman Allah itu keluar dari Eksistensi/Wujud Allah yang dalam kekristenan dikenal istilah Inkarnasi/tajjasud dari Logos yang menjadi manusia(yoh1:14) rasul Yohanes dalam kaitan ini membedakan antara Allah yang hakekatNya tidak dapat dilihat dan disentuh oleh Indera manusia(Yoh 1:18) yang dalam bahasa kabbalistik disebut sebagai Ein sof atau aspek terdalam dari hakekat Allah yang tidak dapat kita selami dan Kristus sebagai sefirot atau pernyataan yang keluar dari Wujud Ilahi yang bisa kita pahami dan kita rasakan dengan dengan indera kita(1 yoh 1:1-2) itulah yang dalam bahasa Ibrani disebut Shekinah. Kata Shekinah ini dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan sebagai “kemuliaan Allah/the Glory of God” seperti tampak pada terjemahan Yoh 1:14 Firman itu telah menjadi manusia dan diam(ibr.shakan) diantara kita dan kita telah melihat kemuliaanNya(shekinahNya) dalam makna bahwa keilahianNya tidak hilang ketika Ia menjadi manusia.
Kata shekinah dipergunakan dalam suasana kehadiran Allah dibait Allah/beyt ha miqdash(kel 25:8).Ini menunjuk bagaimana suasana kehadiran Allah dinyatakan dalam baitNya.Jadi seandainya seorang rabbi Yahudi ditanya “dimanakah Allah berada?” maka jawaban rabbi itu akan menjawab bahwa Ia serempak jauh dan dekat, atau dalam istilah Teologi Ia bersifat transenden sekaligus imanen. Tentu kalau kita bertanya dimanakah Allah berada bukan berbicara sekedar soal tempat dimanakah alamatNya namun transenden dalam makna bahwa Ia adalah Pencipta alam semesta , Ia terpisah dari apa yang diciptakanNya.Dalam system mitologi kuno bangsa-bangsa lain , dewa-dewa mereka dikatakan sebagai personalisasi dari kekuatan-kekuatan alam(pantheisme), namun PL sangat tegas memisahkan antara Allah dan makhluq. Allah sama sekali tidak tunduk pada hukum alam atau terbatas pada apapun dalam hakekatNya. Jika demikian apakah PL meyakini Allah sebagai Pribadi yang jauh dari alam dan umat manusia, yang bersikap tidak pedulu sama sekali dengan sejarah(deisme)pandangan ini ditolak sama sekali oleh rabi-rabi Yahudi. Sebaliknya Allah sangat dekat dengan umatNya.Ia disebut Shekinah,yakni kehadiranNya yang paling dekat yang dapat dirasakan dimana saja.Sehingga dalam yudaisme konsep transendensi Allah ini tidak diterjemahkan sebagai deime dan imanensi Allah tidak dipandang sebagai pantheime.Ada situasi dimana Allah juga dimungkinkan hadir dalam perhimpunan dua atau tiga orang sekalipun.Padahal dalam tradisi Yahudi, sebuah perhimpunan ibadah baru sah bila dihadiri oleh minyan, yaitu 10 orang lelaki yang merupakan kelompok terkecil dalam ibadah Yahudi.
Ada sebuah ayat dalam mekhilta(midrash,eksposisi rabbi-rabbi tentang taurat) yang menunjukkan adanya hubungan antara kehadiran Allah dibait
kudusNya dan diantara umatNya diluar baitNya. Dalam menafsirkan kel 20:24 yang berbunyi:
“pada setiap tempat yang kutentujan menjadi tempat peringatan bagi namaKu, Aku akan datang kepadamu dan memberkatimu”
Mekhilta menafsirkan:
“Dimana Aku menyatakan diriKu kepadamu, yaitu di bait kudusKu.Disini mereka katakan: Nama YHWH tidak boleh diucapkan diluar bait kudusNya.Rabbi Eliezer ben yakov berkata: datanglah kerumahKu maka Aku akan kerumahmu.Tempat yang dicintai oleh hatiKu, disitulah kakiKu akan melangkah. Dalam kaitan dengan ayat ini,para ulama berkata:Dimanapun ada sepuluh orang berhimpun di sebuah sinagoga maka shekinah akan beserta dengan mereka, sebab dikatakan, “Allah akan berdiri dalam siding ilahi”(mazmur 82:1).Dan bagaimanakah kita dapat mengetahui bahwa Ia juga menyertai tiga orang yang mengadakan pertemuan ibadah?Dikatakan ditengah-tengah para hakim Ia menghakimi.Dan bagaimanakah kita juga tahu bahwa Ia beserta dengan 2 orang?dikatakan pula,”beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan Tuhan(maleakhi 3:16). Dan bagaimanakah kita tahu bahwa Ia akan menyertai satu orang?dikatakan,”Disetiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi namaKu,Aku akan datang kepadamu dan memberkatimu”
Dalam literature lainnya yaitu Mishnah abbot 3:2 menginterpretasikan kehadiran Allah didalam perhimpunan bait Allah.Sedangkan dalam Abbot de rabbi Nathan , B, pasal 34 memperluas kehadiran Allah itu sampai diluar Bait Allah, yaitu dalam perhimpunan umatNya di pasar. Artinya dalm bisnispun ada kehadiran Tuhan bila orang hidup sesuai dengan Torah/Taurat,diantaranya dengan memperkatakan Taurat itu dalam kehidupan sehari-hari.
Menariknya Tuhan Yesus justru mengidentikkan diriNya sendiri dengan shekinah Allah itu sendiri sebagaimana yang Dia katakan bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka(matius 18:20).
Jadi ucapan Yesus ini paralel dengan apa yang ditulis oleh rabi tersebut dan bagaimana Yesus menafsirkan kembali kepada murid-muridNya bahwa Dialah Shekinah Allah tersebut. Allah yang transenden yang tak terlihat dan tak tersentuh oleh manusia kini hadir ditengah-tengah umatNya(immanen). Kita akan melihat bahwa kata-kata shekinah yang digunakan dalam literature para rabbi itu kemudian diganti kata ganti diri pertama oleh Yesus.
Mishnah Abbot
3:2
Abbot de Rabbi Nathan, B, Pasal 34, h. 74
Matius 18 : 20
Bila dua orang

Duduk bersama

Dan kata-kata yang mereka ucapkan adalah Torah, maka Shekinah ada
Ditengah-tengah mereka

Bila dua atau tiga orang
Duduk bersama di pasar
Dan kata-kata yang mereka ucapkan adalah Torah, maka Shekinah akan dinyatakan
kepada mereka.
Sebab di mana dua atau tiga orang
Berkumpul

Dalam nama-Ku, disitu Aku ada

Ditengah-tengah mereka

Kita melihat pada tabel diatas bahwa Yesus menerapkan Shekinah Allah itu terhadap diriNya sendiri sebagai perwujudan dari Firman Allah yang menjadi manusia.
Pemahaman seperti ini masing asing dalam pemahaman gereja-gereja kita di Indonesia.Namun disini saya menampilkan apa adanya bagaimana latar belakang sabda-sabda Yesus itu dapat kita lacak dari latar belakang historis jamanNya. Yesus dan murid-muridNya hidup dalam latar belakang Yudaisme, sehingga sangat penting bagi kita untuk memahami dan menggali bagaimana latar belakang dan suasana keagamaan pada zaman Yesus dan murid-muridNya.

Demikian beberapa kesalahpahaman yang sering ditanyakan kepada umat Kristen mengenai kepercayaan kita kepada Pribadi Allah. Allah yang seperti apa yang kita imani dan kita yakini.Iman Kristen bukan suatu iman kepercayaan yang berspekulasi mengenai Allah yang tidak dapat dijangkau oleh manusia.Kekristenan bukanlah iman yang rasional dan juga irrasional namun kekristenan itu transrasional(mengatasi akal kita).Kekristenan bukanlah rangkaian ide-ide tentang Sang Pencipta,namun Allah yang tak terselami itu telah berkenan hadir dan menyatakan shekinahNya didalam Pribadi Yesus Sang Lelaki berjubah dari Nazaret. Allah yang menyejarah dalam sejarah manusia, sehingga lewat kematian Yesus Kristus, Allah yang Maha Akbar yang tak tersentuh oleh kematian itu merasakan dalam diri Yesus apa itu Maut dan oleh kebangkitanNya atas maut Dia membebaskan kita umat manusia yang dikuasai oleh kebinasaan kekal. Yaa ayyuhal ghairul ma’atii, irhamna! (wahai Engkau yang tak berkematian ,kasihanilah kami).Amiin.



[1] Charles C.Ryrie, Basic theology (Jogjakarta: Yayasan Andi, 1991), hal 33

[2] roma 3:23

[3] roma 1:20, ayat ini menggambarkan bagaimana rusaknya gambaran manusia tentang Allah yang juga diikuti oleh rusaknya moral manusia. Bisa diperhatikan setiap pengenalan manusia yang salah tentang Allah maka akan diikuti pula kerusakan moral manusia.

[4] Kej 1:8, ayat ini memberikan penjelasan yang sempurna bahwa bukan manusia yang memulai rekonsiliasi namun Allah sendiri. Hal ini juga memberikan banyak arti akan karya penebusan Kristus bahwa Allah sendirilah yang membuka dirinya untuk dapat dikenal oleh manusia. Band.yoh 1:18
[5] mazmur 139:6 band 1 yoh 5:20 surat Yohanes ini mengajarkan kepada kita bahwa pengetahuan kita tentang Allah dilandasi oleh pewahyuan yang diberikan Kristus sendiri lewat Roh Kudus yang diam didalam hati orang percaya.

[6] Pewahyuan progresif/bertahap ini dapat kita lihat sepanjang sejarah orang beriman dalam kitab suci.Misalnya dalam pengalaman hidup Musa pada saat Allah datang kepadanya dan memberikan mandat pembebasan bani Israel, Allah mengatakan kepada Musa dalam keluaran 6:1 bahwa Tuhan berkata bahwa dahulu telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak,Yakub sebagai El Shaddai(Shaddai berasal dari kata saddu artinya padang gurun;menggambarkan situasi yang keras dan menakutkan yang bermakna bahwa Allah adalah Pribadi yang mampu menguasai segala keadaan yang oleh LAI diterjemahkan sesuai konteksnya sebagai Allah yang Maha Kuasa), kemudian Tuhan berkata kepada Musa bahwa dengan Namaku TUHAN(teks asli; YHWH) Aku belum menyatakan diri kepada Abraham,Ishak,Yakub.

[7] DR.Ch.Barth, Theologia Perjanjian Lama.Jilid I (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1982). Hal 157.

[8] Suatu contoh penerjemahan yang juga bersifat kontekstual yang bertujuan agar si pembaca dapat mengerti makna dari sebuah teks adalah dalam Mazmur 23. Pada ayat pertama dikatakan ;TUHAN adalah Gembalaku. Bagi masyarakat timur tengah dan juga Indonesia tidak kesulitan membayangkan Tuhan bagaikan seorang penggembala karena di Indonesia pun banyak dijumpai profesi “tukang” gembala namun lembaga penerjemahan Alkitab Jepang kesulitan untuk menerjemahkan seorang gembala.Hal ini dikarenakan saat ini di Jepang Profesi gembala sangatlah asing bagi professional muda Jepang. Akhirnya dalam terjemahan sehari-hari ayat ini diterjemahkan: “Tuhan adalah managerku yang baik”. Istilah manajer lebih akrab ditelinga Profesional Muda Jepang yang lebih banyak bekerja dalam bidang Industri Perkantoran yang tentunya lebih memahami makna seorang manager dalam hidup keseharian mereka.
[9] Frank M Cross, Theological Dictionary of the Old Testament I, seperti dikutip oleh B.A. Abednego, “Yahweh dan El; permasalahannya dalam teologi kontekstual, dalam andar Ismail, mulai dari Musa dan segala nabi (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996) hal 1-8. Saya juga mengutip dari; Bambang Noorsena, The History of Allah (Jogjakarta: Andi Publisher, 2005) hal 5
[10] artikel Bambang Noorsena: “Bolehkah nama Yahweh diterjemahkan dalam bahasa-bahasa lain”, Artikel ini juga mengutip dari karya tafsiran rabbi Yahudi; Rabbi Nossom Scherman/Rabbi Meir Zlotowij, Humash Humasy Tora’im Targum Onqelos Farasiy Haftarot we Humash Megilot. Hebrew-Aramaic-English( New York: Mesorah Publication,Ltd,1996)hal.304

[11] Untuk penjelasan lebih jauh lihat artikel “nama” dalam J.D Doglas(ed), Ensiklopedi Alkitab Masa kini.Jilid II(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1995), hal.123-124
[12] Ha Shem berarti Sang Nama, ini adalah sebutan yang digunakan orang Israel ketika mereka sedang mengaji Taurat atau membaca nama YAHWEH. Karena kata YAHWEH atau disebut Tetragrammaton/Catur aksara suci adalah sangat Kudus dan Suci bagi orang Yahudi sehingga mereka tidak berani mengucapkannya secara verbal namun digantinya dengan Ha Shem atau Adonay/Penguasa.

[13] Teks bahasa Ibrani diambil dari Perjanjian Lama Ibrani-Indonesia terbitan LAI. Teks bilingual Ibrani-Indonesia ini juga sudah disertakan kritikus apparatus untuk bahan studi teks-teks dalam PL.
[14] Hal ini hampir mirip dengan peribahasa jawi; “ana asmo ana kuwasa” yang secara bebas dapat diterjemahkan bahwa dibalik nama ada kuasa yang tersembunyi yang melambangkan pribadi yang dinamakan. Hal ini berlaku bagi kita ketika kita menggunakan kuasa nama YESUS untuk mendoakan orang ataupun pelayanan exorcist/pengusiran setan.
[15] Umat Kristen di Indonesia pada umumnya salah menggunakan kata Allah yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa arab.Kata Allah dalam bahasa umat Kristen seringkali disamakan denan kata God dalam bahasa Inggris. Padahal kata God adalah kata benda Umum. Dan Allah adalah The God. Sehingga dalam lagu-lagu pujian Kristen kharismatik perlu direvisi.Mis: Sbab Tuhan maha besar dan sangat terpuji, Dia lebih dahsat dari sgala allah… kata allah huruf kecil ini jelas-jelas salah. Seharusnya ilah. Karena itu LAI merevisi terjemahan Alkitab yang baru pada PB. Kata “allah” huruf kecil diganti semua dengan ilah.
[16] Nurcholish Madjid, Islam,Doktrin dan peradaban (Jakarta:Paramadina,1992),hal.xciv-xcv

[17] Tulisan ini saya dapat dalam kumpulan artikel yang dijadikan sebuah buku oleh Bambang Noorsena.Buku ini berisi kumpulan artikel yang membahas asal-usul kesejarahan mengenai nama Allah.Menurut saya buku ini penting untuk dijadikan rujukan dalam konteks dialog Islam-Kristen di Indonesia.
[18] Yasin hamid Safadi, Islamic calligraphy (London: Tames and Hudson Limited,1978), hal 6. Beberapa inskripsi dalam terjemahan Indonesia bisa dilihat dalam artikel Bambang Noorsena yang berjudul: “El Roi, “Dewa Air dan Allah”.
[19] Inskripsi ini juga dimuat dalam buku karangan Quraish Shihab,Mu’jijat Al-Qur’an(Bandung, Mizan 1999),hal 92-93. Tapi anehnya dalam buku ini tidak menjelaskan mengenai inskripsi ini bahwa ini adalah inskripsi Kristen.Kemungkinan penulisnya khwatir untuk mengekspos bahwa di arab pun terdapat kekristenan.Dan bahwa tradisi tulis menulis kaligrafi arab pun itu berasal dari tradisi kekristenan Syria jauh sebelum jaman Islam.
[20] Beberapa Umat Muslim dari kaum polemikus yang kurang cerdas itu seringkali menuduh secara membabi buta bahwa kekristenan itu bertuhankan banyak. Ini tampak dalam tulisan-tulisan mereka yang muncul karena kurangnya pengetahuan mereka tentang dasar-dasar iman Kristen.
[21] Surat al-ikhlas pada ayat 1

makalah ini adalah presentasi yang pernah saya sajikan di Pesantren Salafiyah Sukorejo Asembagus di Ma'had 'Aly.

1 komentar:

  1. Water Hack Burns 2 lb of Fat OVERNIGHT

    At least 160 thousand men and women are hacking their diet with a simple and secret "liquids hack" to lose 1-2 lbs every night as they sleep.

    It's very easy and works with everybody.

    You can do it yourself by following these easy steps:

    1) Hold a drinking glass and fill it up with water half full

    2) And now use this amazing hack

    and be 1-2 lbs lighter when you wake up!

    BalasHapus