Sabtu, 16 Mei 2009

Tafsir Markus 16:15-20

by: Leonardo

Injil markus 16:15-20
Ayat-ayat dalam Markus 16:15 – 20 ini berbicara mengenai Pesan Kristus secara khusus kepada GerejaNya. Yang dikenal juga dengan amanat Agung dalam matius pasal 28. Saat ini kita akan membahas satu persatu mulai dari ayat ayat 15.
Markus 16:15
“Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.

Dalam ayat ini Yesus mulai memberi perintah kepada Murid-muridNya. Artinya murid-murid Yesus siapapun itu memiliki kewajiban/tugas untuk meneruskan misi yang sudah dirintis oleh Kristus sendiri. Setiap orang percaya adalah juga murid Kristus yang punya tanggung jawab untuk meneruskan tongkat estafet yang telah dimulai oleh Kristus sendiri.
“… Pergilah ke seluruh dunia”
“Poreuthentes eis ton kosmon

Kristus menegaskan bahwa misi Injil/Penyelamatan itu bersifat universal. Bukan hanya terbatas kepada wilayah Israel. Kepada seluruh dunia/kosmon menunjuk kepada daerah geografis yang ada didunia ini, di planet bumi ini.
Ketika Kristus naik ke surga, Injil itu bersifat universal dan mengatasi batas-batas geografis.
Kemudian dikatakan: “…beritakan Injil kepada segala makhluk
“apanta keruksate to euangelion pase te ktisei”
Disini ada kata perintah untuk keruksate yang bermakna proklamirkan, beritakan Injil. Kata proklamirkan itu bermakna sebuah kata yang bernada kemenangan. Karena Kristus yang sudah bangkit, menang atas maut itu menjadi inti pusat dari berita Injil.
Pemberitaan Injil haruslah berpusat kepada Kristus. Pemberitaan Injil yang hanya bersifat seruan moral tanpa berpusat pada Kristus itu bukan merupakan berita Injil yang penuh. Pemberitaan Injil berarti memproklamirkan bahwa Kristus yang sudah bangkit itu berkuasa atas segala sesuatu yang menyediakan keselamatan bagi semua orang yang percaya.
Dikatakan beritakan Injil kepada SEGALA makhluk/ktisei/ciptaan. Artinya disini kembali ditekankan bahwa berita Injil itu universal. Untuk segala suku bangsa. Bukan hanya untuk orang Yahudi saja. Dalam Matius 28:19 dikatakan bahwa Kristus memerintahkan kepada murid-muridNya untuk menjadikan segala bangsa/ pan ta ethne. Segala etnis baik negro, Indian, dll semua menjadi sasaran berita Injil yang bersifat universal.

Markus 16:16
“Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.

Kemudian Yesus berkata bahwa orang-orang yang menjadi percaya kepada berita Injil itu haruslah dibabtis/Babtistheis. Baptisan menggambarkan lambang penggabungan diri kepada sebuah kelompok. Jika kita dibabptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus berarti kita sedang mengadakan perjanjian untuk bergabung kedalam timnya Allah. Kita bukanlah kelompok dunia lagi. Kita adalah anggota kerajaan Allah. Hal ini memiliki konsekwensi untuk kita belajar memiliki etika hidup sebagai warga kerajaan surga.
“… siapa yang tidak percaya akan dihukum
Orang-orang yang mendengar berita Injil tetapi mengeraskan hati dan tidak membuka diri untuk menerima berita Injil maka mereka sedang menaruh hidupnya dibawah penghukuman. Sebenarnya yang ditekankan disini bukan penghukuman Allah, namun lebih kepada akibat praktis dari menolak berita Injil. Seperti misalnya; jika orang tidak pakai helm kemudian kecelakaan dan kepalanya gegar otak, maka apakah orang itu menjadi gegar otak karena dihukum polisi? Tentu tidak. Lebih tepat dikatakan bahwa orang tersebut menjadi celakan sebagai akibat menolak imbauan Polisi. Demikian juga manusia yang tidak menerima berita Injil akan menjadi celaka sebagai akibat penolakan mereka sendiri.

Markus 16:17-18
17 Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,
18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh."

ayat 17; … tanda-tanda ini akan menyertai orang percaya
semeion/ tanda/cap menjadi bukti bahwa berita Injil itu benar. Allah mengaruniakan tanda kepada orang percaya yang mau memberitakan Injil. Tanda-tanda ini tidak akan bekerja jika tidak ada pemberitaan Injil. Ketika Injil terlebih dahulu diberitakan maka tanda-tanda ini mengikutinya. Ada banyak orang saat ini mengharapkan tanda namun mereka tidak mau memberitakan Injil. Disepanjang Kitab Injil Yesus memberikan contoh bahwa Dia terlebih dahulu memberitakan Injil barulah Dia melakukan tanda-tanda tersebut. Karena dalam pemberitaan Injil ada firman yang disampaikan. Dimana firman disampaikan disana menimbulkan iman. Iman inilah yang menarik kuasa Allah turun atas manusia.

Markus 16:19
“sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah.

Setelah misi pengutusan ini Yesus naik ke surga dan duduk disebelah kanan Allah. Duduk disebelah kanan Allah adalah bahasa metaforis bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah sesuai mazmur 110 :1
“Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."


Menurut ayat ini Mesias duduk disebelah kanan Allah. Artinya Mesias diberi mandate oleh Allah untuk menjalankan pemerintahan Allah atas dunia. Dengan kata lain Yesus sebagai manusia dalam misiNya sebagai Mesias, Dia memegang segala otoritas di surga dan di bumi dan juga di bawah bumi. Senada dengan hal ini matius merekam sabda Yesus dalam Injilnya.
“yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.

Marks 16:20
“Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.


Murid-murid patuh melaksanakan apa yang diperintahkan Yesus untuk memberitakan Injil. Dalam ayat ini kita lihat pola yang sama untuk munculnya tanda-tanda ajaib. Mereka memberitakan Injil dulu kemudian Tuhan meneguhkan pemberitaan mereka.
Janji-janji dalam ayat-ayat ini masih berlaku untuk Gereja Tuhan saat ini. Tugas Gereja saat ini mau punya misi keluar, beritakan Injil dan tanda-tanda itu akan menyertai kita. Buktikan!!!
Tafsiran pada kisah rasul pasal 1:1-8 initinya berbicara tentang Kuasa yang dijanjikan Tuhan pada murid-muridNya.
Roh Kudus turun pada hari pentakosta dan memenuhi murid-murid. Intinya disini ada masa persiapan sebelum mereka pergi memberitakan Injil.
Gereja saat ini juga butuh masa-masa persiapan sebelum memberitakan Injil. Kita tidak perlu meminta pencurahan Roh kudus, ini salah kaprah yang seringkali terjadi di Gereja saat ini. Roh kudus sudah dicurahkan 2000 tahun yang lalu pada saat Pentakosta. Gereja hanya perlu hidup dalam Firman, Doa, menjaga kekudusan dan punya imanNya Allah kemudian pergi memberitakan Injil. Ketika kita percaya kita sudah diberikan Roh kudus tinggal dalam hidup kita. Sekarang tinggal bagaimana kita mempotensikan diri kita dengan kuasa yang sudah Allah taruh dalam hidup kita. Babptisan Roh Kudus berbeda dengan pencurahan Roh Kudus pada saat Pentakosta Gereja Mula-mula.

Minggu, 19 April 2009

Dari Paskah Yahudi sampai Paskah Kristen; Menghayati jalan salib Kristus


By: Leonardo
Shalom aleikhem

Renungan kita pada saat sore hari ini saya beri judul “ Dari Paskah Yahudi sampai Paskah Kristen: Menghayati makna jalan salib Kristus”
Tadi pagi saya berbicara mengenai peran dan makna jabatan Yesus sebagai Imam besar atau Kohen ha Gadol serta Melkisedeq yang menjadi perlambang Kristus. Alkitab menggambarkan bagaimana makna dan peran Yesus sebagai Imam besar yang sangat esensial sekali dlam kekristenan kita.
Pada saat sore hari ini kita akan merenungkan kembali renungan yang masih berhubungan dengan karya Kristus sebagai Juru selamat kita dan maknanya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Baru saja kita merayakan paskah, kita memperingati paskah untuk memperingati bagaimana Kristus memberikan hidupNya bagi kita. Namun pada saat ini kita akan mempelajari secara sekilas bagaimana latar belakang Paskah didalam Perjanjian Lama yang kemudian Paskah itu tergenapi dalam diri Kristus.
Paskah adalah sebuah hari besar yang bukan saja diperingati oleh orang Kristen, tetapi juga oleh orang Yahudi. Perayaannya sama, tapi makna di balik perayaan antara paskah Yahudi dan paskah Kristen agak berbeda, meskipun secara substansia/ intinya sama. Berbicara tentang PEMBEBASAN.
Kita akan mempelajari dahulu bagaimana makna paskah dalam pandangan Perjanjian Lama sebelum kita masuk lebih jauh tentang makna pokok Paskah itu sendiri dalam Perjanjian Baru.
Kita tahu bahwa segala sesuatu yang ditulis dalam PL adalah bayangan akan karya Kristus. Dimana penggenapannya dinyatakan pada saat Kristus ada didunia ini ketika melaksanakan misi penebusan.

Sekilas Sejarah Paskah PL

Paskah pertama kali dalam Perjanjian Lama dilakukan pada saat peristiwa Pembebasan bangsa Israel dari perbuddakan di Mesir. Kita tahu dari Alkitab bahwa umat Israel setelah zaman Yusuf ada di Mesir dan mereka di perbudak disana. Karena Janji Tuhan pada Abraham, maka Allah membebaskan orang Israel dengan perantaraan Musa.
Firaun pada waktu jaman Musa, adalah Firaun yang sangat Kejam dan Keras hati, sehingga Allah berkehendak mengeluarkan bangsa Israel dari sana, sekaligus mau membuat Firaun mengetahui bahwa hanya ada satu-satunya Allah yang sejati. Karena dalam Agama Mesir, Firaun selalu diangap titisan Sang Dewa Ra. Sehingga Allah ingin Firaun mengetahui bahwa hanya ada satu Allah yang benar dengan cara menurunkan tulah. Sepuluh Tulah. Dimana Tulah yang terakhir adalah ketika Allah mengambil nyawa setiap anak sulung manusia maupun Hewan.
Dalam konteks peristiwa inilah Allah memberikan perintah tentang perayaan Paskah. Dimana umat Israel harus menyembelih domba atau kambing yang berumur 1 tahun, jantan , tidak bercela.
Setiap keluarga harus menyembelih domba/kambing yang kemudian darahnya dioleskan pada tiang pintu disetiap rumah yang mengadakan Paskah. Pada malam ketika Tuhan menjatuhkan penghukuman atas Mesir, Rumah yang ada tanda darah kurban domba/kambing itu tidak akan mengalami penghukuman Allah berupa kematian.
Kemudian setelah umat Israel keluar dari Mesir maka Perayaan Paskah ini menjadi ketetapan yang harus dilakukan turun temurun untuk memperingati bagaimana Allah membebaskan mereka dari Mesir dengan kekuatanNya. Jadi setiap tahun umat Israel merayakan Paskah pada bulan pertama Abib/Nisan tanggal 14 bulan Yahudi yang pada bulan kita saat ini April.
Sampai saat ini orang Yahudi tetap melaksanakan Paskah. Kita juga membaca didalam Alkitab Yesus merayakan Paskah. Namun ketika Yesus merayakan Paskah, maka Yesus mengubah liturgy Paskah Yahudi yang diberi makna baru oleh Yesus yang terarah pada diri Yesus.

Paskah Kristen:
Sebuah pengangkatan ke taraf yang lebih tinggi

Sebagaimana sudah disinggung tadi bahwa perayaan Paskah Kristen adalah merupakan penggenapan atau inti dari Paskah yang dilakukan oleh orang Yahudi dalam PL.
Paskah Yahudi membicarakan aspek jasmaniah saja, Pembebasan umat Israel dari perbudakan Firaun. Hanya terbatas pada bangsa Israel. Tapi Paskah dalam PB adalah sebuah paskah Universal, pembebasan semua manusia dari perbudakan Iblis alaihi laknat/Iblis laknat atasnya. Yesus merayakan Paskah Yahudi, namun Dia juga berkata bahwa apabila sudah waktunya maka semua itu akan digenapi.
Yang digenapi adalah makna sejati dibalik sejarah paskah orang Yahudi. Bahwa perbudakan manusia yang sesungguhnya adalah bukan sekedar perbudakan jasmaniah oleh pemerintahan manusia, namun manusia diperbudak oleh Iblis dan Dosa. Dan Yesus datang untuk membawa misi pembebasan.

Kesamaan dan perbedaan liturgy perayaan paskah:
Karena Kekristenan merupakan penggenapan dari apa yang tertulis dalam PL, maka ada kesamaan-kesamaan tertentu dalam soal liturgy ketika merayakan Paskah. Ketika merayakan paskah orang Yahudi pemimpin ibadah mengangakat roti dan yang hadir mengucapkan doa dalam bahasa aram terjemahannya begini:
“Inilah roti kesengsaraan yang telah dimakan oleh nenek moyang kita di mesir. Barangsiapa yang lapar hendaklah ia datang dan makan bersama kami. Siapa yang membutuhkan hendaknya datang dan mengambil bagian dalam paskah anak domba ini. Dst…
Kemudian ada berakhat/ pemberkatan roti dan anggur, dalam iman kita sekarang kita lestarikan lewat perjamuan kudus.
Jadi secara liturginya sama, namun didalam paskah Kristen semua upacara-upacara yang dilakukan dalam PL itu menemukan hakekatnya, karemna semuanya itu hanya lambang yang mengarah kepada karya Kristus Sang Anak domba Allah sendiri.
Coba kita lihat dalam Ibrani 10:1a
“Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri.

Jadi segala upacara-upacara keagamaan didalam PL itu merupakan lambang akan karya Kristus yang menjadi genap ketika Kristus datang. Karena itu jika kita baca dalam Lukas 22:19-20 disana Yesus mengubah liturgy paskah Yahudi. Misal ketika memecah roti: Seharusnya berkata inilah roti kesengsaraan yang dimakan nenek moyang kita di Mesir…. Yesus menggangkat hal ini ke taraf lebih tinggi dengan berkata inilah TubuhKu dan inilah darahKu… Jadi Yesus sedang memberikan pengertian bahwa sesungguhnya Aku adalah hakekat dari semua yang dilambangkan dalam PL.

Kesimpulan:
Jadi sangat jelas bagaimana latar belakang Paskah Perjanjian Lama yang kemudian dilestarikan oleh kita sampai saat ini namun dengan makna yang lebih tinggi dan subsatansial lagi. Yakni menjadikan Yesus sebagai pusat utama dari perayaan paskah. Tujuan saya memberikan sedikit latar belakang sejarah adalah agar kita mengerti apa sebenarnya paskah itu, bagaimana sejarahnya. Bukan kita hanya ikut-ikut datang kebaktian paskah, sekedar merayakan dapat telor. Namun lebih dari itu kita memahami apa itu paskah dan bagaimana latar belakang sejarah dari perayanan paskah ini.
Tadi pagi saya sudah mengatakan bahwa jangan kita jadi orang Kristen hanya beriman/percaya saja tanpa kita tahu sebenarnya apa yang sedang kita percayai. Sehingga iman kita tidak menjadi iman yang membabi buta. Iman yang tanpa tahu apa yang sedang diimani.
Paulus pernah berkata bahwa Aku tahu kepada siapa Aku percaya. Dengan kata lain Paulus menekankan agar umat tidak hanya percaya Tuhan, ikut ke Gereja tapi tidak tahu bagaimana kekristenan itu. Kekristenan harus dipahami secara utuh, baik itu pengajarannya yang menjadi landasan untuk sebuah pengalaman rohani.

Inti Renungan; Makna Paskah bagi kita

Saat ini kita akan masuk kedalam inti pembahasan kita yakni merenungi makna jalan salib Kristus yang terwujud lewat perayaan Paskah yang masih kita rasakan suasanya dalam minggu-minggu ini. Sebenarnya apa dan bagaimana implikasi/ makna paskah dalam realitas nyata kehidupan kita orang-orang percaya. Peristiwa Paskah bukan sekedar sebuah peristiwa memorial yang hanya kita rayakan dan kita peringati. Namun ada sesuatu di balik peristiwa itu yang tetap harus kita hidupi dalam kekristenan kita sampai kapanpun.


Pertama:
Peristiwa Paskah memiliki makna
Allah yang tak tersentuh kematian telah merasakan kematian lewat karya Kristus

Jadi yang pertama Paskah itu berarti Allah yang tak tersentuh kematian turut merasakan kematian lewat penjelmaan sang Firman yang menjadi manusia. Jadi begini, Allah adalah satu-satunya Pribadi yang ada dengan sendirinya dan hidup dengan sendirinya. Allah punya sumber kehidupan dengan sendirinya. Inilah salah satu perbedaan yang sangat mendasar dengan kita.
Lantas Paskah bermakna bahwa Allah yang tidak tersentuh kematian telah merasakan kematian bagi kita itu berarti bahwa Allah bukanlah Pribadi yang hanya tahu dan pandai berteori tentang penderitaan manusia. Kita seringkali hanya pandai berteori tentang penderitaan manusia namun seringkali tidak mewujudkan bagaimana melepaskan penderitaan manusia.
Peristiwa Paskah membuktikan bahwa Allah yang tidak tersentuh kematian itu mau ikut merasakan bagaimana rasanya mati. Allah tidak mungkin dan tidak akan pernah bisa mati karena Dia adalah sumber hidup itu sendri. Satu-satunya cara bagi Allah untuk merasakan kematian adalah ketika Allah, lewat FirmanNya yang ada didalam diri Allah itu menjadi manusia, mengambil wujud daging manusia yang fana itu yang nyeri kalau tertusuk duri, yang merah kalau dicubit. Allah tidak bisa dicubit karena Dia Roh, namun Dia yang Roh mau menjadi daging lewat FirmanNya yang keluar dari diri Allah. Allah yang tidak terbatas itu menjadi terbatas demi kita. Allah yang tidak pernah haus, lapar dan ngantuk itu merasakan semuanya itu bagi kita. Sehingga lewat sengsara dan kematian Yesus, Allah yang tidak dapat mengalami maut itu ikut merasakan maut bagi keselamatan kita manusia.
Paskah berarti kepedulian Allah terhadap umatNya. Allah yang mau ADA bagi umatNya. Sebuah contoh dalam PL yang mengisahkan bagaimana gambaran kepedulian Allah pada umatNya dapat kita temukan dalam

keluaran 3:7-9
7 Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
8 Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
9 Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.

Kisah ini adalah pernyataan diri Allah kepada Musa, dimana Allah mengerti penderitaan umatNya. Dalam ayat 7 dikatakan “Aku telah memperhatikan dengan sungguh” Allah benar-benar memperhatikan kehidupan umatNya. Karena itu ditempat ini kita jangan lagi berkata bahwa Tuhan tidak memperhatikan hidup saya… saya bergumul seorang diri… TIDAK!!! Tuhan benar-benar memperhatikan saudara dan saya dengan sungguh!!! Namun kabar baiknya yang lebih baik adalah Allah tidak hanya berhenti memperhatikan saja…. Seringkali kita kan hanya berhenti pada pengelihatan… lihat ada orang susah kita lihat, ada apa kita lihat… cuman lihat saja. Namun Allah bukan pribadi yang hanya cumin lihat saja dan kasih komentar saja. Allah adalah Allah yang selalu bertindak bagi umatNya. Dalam ayat 8 dikatakan bahwa Aku telah turun!!!
Artinya apa? Artinya Aku bukan pribadi yang hanya bisa melihat kesengsaraan dan penderitaan umatKu tanpa bisa melakukan apa-apa. Aku tahu penderitaan umatKu dan Aku mau ada disana untuk memberi kekuatan dan kelepasan. Amiin!!! Itulah Allah kita. Dan inilah makna paskah bahwa Allah didalam Yesus benar-benar total merasakan keadaan kita.
Tadi pagi saya berbicara mengenai peran dan makna Yesus sebagai Imam besar itu berarti bahwa Dia adalah Pribadi yang mau perduli dengan umatNya. Coba kita lihat dalam Ibrani 4:15
““Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Menurut ayat ini Imam besar kita yakni Yesus adalah Pribadi yang dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Dalam teks aslinya adalah simpathesai yang bermakna:
“ikut merasakan dalam makna yang sepenuhnya” maksudnya begini… Jika ada rekan kita yang sedang berduka cita, kita sebagai rekan hanya bisa ikut berbela sungkawa… namun kita tidak mungkin bisa mersakan kesedihan yang terdalam dari rekan kita karena kita tidak punya kemampuan untuk itu. Tapi Yesus, bisa merasakan dalam arti yang sebenarnya. Jadi seolah-olah Yesus itu menjadi diri kita. Dia tahu bagian hati kita yang terdalam. Dia tahu rasa sakit kita ketika dihina atau dikecewakan orang lain. Dia tahu penderitaan sakit penyakit kita. Dan Dia punya kuasa untuk melepaskan kita dari semuanya itu. Dan lagi Dia bukanlah hanya Pribadi yang bisa merasakan apa yang kita rasakan tanpa bisa melakukan apa-apa. Dia adalah Pribadi yang benar-benar merasakan apa yang kita rasakan dan bersamaan dengan itu Dia punya kapabilitas/kemampuan/kesanggupan untuk memberikan jalan keluar dan menolong kita.
Karena mari kita punya iman bahwa Allah adalah Pribadi yang mau tahu dan perduli dengan keadaan kita umatNya dan Dia juga mau bergerak untuk memberi kelepasan bagi kita. Inilah makna Paskah yang pertama yakni Allah yang tidak tersentuh kematian ikut merasakan kematian bagi kita dalam Yesus.
Yang kedua
Paskah bermaka dilewatinya kita dari kematian

Makna Paskah yang kedua bagi kita adalah DILEWATINYA kita dari sesuatu yang berbau kutuk dan kematian. Sesuai dengan pengertiannya secara harafiah. Paskah dalam bahasa ibrani adalah PESAKH yang bermakna DILEWATI/passover. Dilewati dari apa? Bagi pengalaman bangsa Isarel secara histories atau sejarah ketika mereka diperbudak oleh mesir dan Allah memerintahkan perayaan paskah yang pertama seperti yang tadi sudah kita bicarakan sekilas diatas. Bahwa tanda darah dari kurban itu dioleskan pada tiang pintu. Dan ketika maut pada malam itu bregerilya untuk mencabut nyawa tiap-tiap anak sulung, maka rumah yang ada tanda darah itu Dilewati/ DI PESAKH/ Passover.
Inilah makna Paskah berbicara dilewatinya setiap umat Tuhan yang dalam hidupnya ada tanda darah Yesus yang merupakan Sang Anak Domba yang tidak bercacat dan bercela. Ketika kita menerima Dia dan menjadikan Dia sebagai Tuhan dalam hidup kita maka ada sesuatu yang sedang terjadi di alam Roh. Secara tidak kasat mata, hidup kita ada tanda darah Yesus.
Sehingga sesuatu yang sifatnya lebih besar dari sekedar kematian fisik yang melanda orang-orang mesir pada waktu itu tidak akan dapat menyentuh hidup kita selama ada tanda darah Yesus dalam hidup kita. Apa itu? Kematian kekal lewat dari hidup kita, segala kutuk sakit penyakit lewat dari kita, kehancuran ekonomi lewat dari kita. Semua ini disediakan Tuhan jika kita mau menerima tanda darah Yesus dalam hidup kita.
Namun semua berkat kelepasan ini tidak akan begitu nyata dalam hidup kita jika kita TIDAK PERNAH TAHU DAN BELAJAR apa saja HAL-HAL yang sudah Tuhan sediakan dalam peristiwa paskah. Banyak umat Tuhan tidak tahu sehingga hidup mereka masih dalam kekalahan, kehancuran. Karena APA? Tipuan… yah Tipuan. Jika Iblis dapat menipu anda akan hal-hal yang sudah disediakan Tuhan bagi hidup anda maka hidup anda akan dibawah kendalinya meskipun sebenarnya kenyataannya secara hukum roh Iblis ada dibawah kuasa anda. Karena itu Tuhan pernah berkata agar kita mengetahui kebenaran dan kebenaran itu membebaskan kita. Jika anda tidak tahu bahwa oleh bilur-bilurNya kesembuhan itu tersedia bagi anda, anda akan terus merasa sakit, merasa tidak berdaya dan merasa lemah. Segala janji Tuhan tidak semua secara otomatis bekerja bagi kita ketika kita percaya. Ada jyang menjadi nyata jika kita aktifkan lewat iman dan perbuatan.
Demikian juga soal-soal jasmani, Tuhan sudah janjikan banyak hal, namun jika umatNya tidak pernah tahu kebenaran ini, mereka jatuh dalam tipuan Iblis. Sehingga mentalnya selalu segini-segini aja. Padahal Tuhan sediakan yang lebih besar dari itu.
Karena itu mari sadari bahwa peristiwa paskah itu berarti lewat tanda darah Yesus dalam hidup kita maka kita dilewati dari segala hal yang memang bukan bagian kita. Bukan bagian kita karena memang kita tidak diciptakan Tuhan untuk itu. Kematian kekal, sakit penyakit, perbudakan rohani, kehancuran. Semua ini TIDAK PERNAH ALLAH CIPTAKAN . TUHAN JUGA TIDAK PERNAH MENCIPTAKAN itu semua. Semua ini adalah produk dosa. KABAR BAIKNYA ketika ada tanda darah Yesus dalam hidupmu, hidupmu dilewati dari semua ini. Di Pesakh dari semuanya ini.
Jangan mau tinggal dalam keadaan yang Tuhan sendiri tidak inginkan itu dalam hidupmu. Ada banyak umat Tuhan betah tinggal dalam keadaan yang sebenarnya Tuhan sendiri tidak inginkan itu terjadi( Tolong jangan dikacaukan dengan pemrosesan yang terkadang Tuhan ijinkan). Kita merasa betah tinggal dalam kondisi kita yang sebenarnya hati kecil kita sendiri tidak suka.
Dengar kebenaran firman Tuhan dan temukan kebenaran yang membebaskan kehidupan saudara. Saat ini juga kebebasan itu tersedia bagi kita semua yang mau meresponi kebenaran firman Tuhan.
Saya teringat kisah seseorang yang lumpuh selama puluhan tahun, hampir 40 tahun. Suatu ketika Dia berjumpa Yesus, dan ada pertanyaan yang Yesus lontarkan yang sempat terasa aneh dalam pikiran saya.
Yesus Tanya begini: “maukah engkau sembuh?.... Saya pikir jelas orang ini mau, ngapain Tuhan tanyakn hal ini. Kemudian say abaca lagi dialog Yesus dengan orang ini. Alih-alih menjawab pertanyaan Yesus, orang ini malah menyalahkan keadaan karena tidak ada yang membantu dia untuk masuk kolam itu…. Saya renungkan hal ini dan Tuhan kasih pengertian begini.Ada orang-orang yang karena terlalu lama berdiam dalam keadaan tertentu yang akibat waktu yang sedemikian panjang tanpa ada perubahan dalam hidupnya maka orang itu telah membentuk benteng mental dalam hidupnya bahwa kondisinya sampai kapanpun akan begini-begini terus bahkan sampai aku mati akan begini terus tanpa ada perubahan. Bahkan orang seperti ini akan cenderung menyalahkan keadaan dan orang sekelilingnya.
Orang ini tidak tahu apa yang sudah Tuhan janjikan dalam firmanNya bahwa Dia adalah YAHWEH RAPHA, Tuhan yang selalu berkarya untuk menyembuhkan umatNya.
Orang seperti ini menurut Tuhan perlu digugah jiwa dan Rohnya, karena itu Tuhan Tanya… maukah kamu sembuh? Masihkah kamu percay ada harapan untuk hidupmu? Masihkah kamu yakin mukjijat itu masih ada? Yang berdiri didepanmu ini sanggup mengubah hidupmu? Jadi dengan kata lain Tuhan ingin mencubit jiwanya yang sudah dingin terhadap pemulihan itu.
Halo… apakah saat ini kita sedang dihadapkan seperti orang yang lumpuh ini? Kita mengalami sesuatu hal dalam hidup kita yang tampaknya bertahun-tahun tidak ada jalan keluar dan kita mulai membentuk benteng mental dalam pikiran kita yang membuat kita berkata: yah memang mungkin ditakdirkan seperti ini, yah memang mungkin Tuhan kehendaki dll. Sadari dan yakini serta mulai bertindak bahwa TUHAN TIDAK PERNAH menciptakan hal-hal tersebut menjadi bagian anda. Berontaklah akan keadaanmu, katakana pada Tuhan, Tuhan aku ada tanda darah Yesus dalam hidupku, aku tidak mau tinggal dalam keadaan ini, FirmanMu berkata karena tanda darahMu aku DILEWATI dari semua ini. Pemulihan , mukjijat tidak akan pernah terjadi sampai kita benar-benar mau bangkit dari keadaan mental kita yang terbelunggu dan lewat peristiwa paskah Tuhan sudah sediakan jalan keluar itu bagi kita.
Jadi peristiwa paskah yang kedua bermakna bagi kita bahwa karena tanda darah YESUS maka kita dilewati dari segala hal yang Tuhan tidak pernah ciptakan itu semua bagi kita.

Yang ketiga:
Paskah berarti kembalinya manusia kepada fitrah
Yang semula

Makna paskah yang ketiga dalam renungan kita saat ini adalah kembalinya kita manusia ciptaan Allah kepada Fithrah ciptaan kita yang semula sebagai satu-satunya ciptaan yang diciptakan menurut pola dan gambar Sang pencipta sendiri. Kambing tidak diciptakan menurut rupa dan citra Allah. Bahkan para malaikat pun tidak diciptakan menurut citra dan rupa Allah. Hanya saudara dan saya yang diciptakan menurt gambar dan rupa Allah.
Akibat kejatuhan manusia pertama dalam dosa, maka citra manusia yang dikehendaki Allah sebagai mahkota ciptaan itu telah rusak. Dan salah satu misi Paskah dari Kristus adalah mengembalikan citra diri manusia yang telah rusak akibat dosa.
Kita lihat dalam 2 kor 5:17
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Dengan jelas Paulus oleh pewahyuan Roh Kudus mengatakan bahwa siapa yang didalam Kristus/percaya kepada Dia dan menghidupi hidupnya didalam Kristus, Ia adalah ciptaan yang baru. Paulus sedang menunjuk kepada ciptaan Allah yang semula yang belum dirusakkan gambarnya oleh dosa. Paulus mengatakan bahwa yang lama sudah berlalu, manusia yang rusak akibat dosa telah berlalu akibat peristiwa Paskah. Artinya Tuhan memandang kita dengan sudut yang baru lagi. Allah tidak memandang kita sebagai manusia berdosa yang harus dihukum. Allah pandang kita berharga dan indah dihadapanNya.
Lewat peristiwa paskah yakni lebih konkrit lagi akibat efek dari penebusan yang dilakuak Yesus, Allah melihat kita dengan cara yang berbeda amiin!!! Hidup kita bukan sekedar hidup biasa yang dapat dinilai secara jasmani. Hidup kita utuh jasmani dan rohani. Kita bukan manusia sembarangan lagi yang tidak berarti dan tanpa harapan.
Coba kita lihat dalam efesus 2:10-12
“10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
11 Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia,
12 bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

Saya suka dengan cara Paulus mengungkapkan / membahasakan kebenaran ini dalam ayat-ayat ini.
Dalam ayat-ayat ini sangat luar biasa bagaimana Paulus oleh ilham Roh Kudus menyatakan tentang nilai diri kita saat ini dihadapan Allah. Dalam ayat 10 dikatakan bahwa kita diciptakan didalam Kristus. Ini berbicara kelahiran kembali kita menjadi ciptaan yang baru yang tidak terikat lagi dengan hukum dosa yakni maut.
Kemudian Paulus mengatakan bahwa dulu sebelum kita menerima darah anak domba Paskah yaitu Kristus, kita bukan termasuk golongan orang-orang yang berharga, bukan termasuk golongan yang berhak atas janji-janji Allah, yang bahkan kita tidak punya pengharapan apa-apa didunia. Betapa malang jika seseorang itu hidup tanpa pengharapan di dunia ini.
Namun ketika kita mengambil bagian dalam darah perjanjian itu, yakni darah Kristus, maka situasinya menjadi berubah. Paskah membuat kita kembali kepada suasana penciptaan manusia yang mula-mula yang penuh dengan kemulian.
Paskah bermakna bahwa kita kembali kepada habitat kita yang semula. Tanpa peristiwa Paskah itu ibaratnya kita tidak hidup dalam habitat kita yang asli. Misalnya jika kita taruh penguin, tau ya hewan penguin yang didaerah kutub itu tiba-tiba kita pindahkan di Indonesia, pasti dia tidak akan suka dan malah tersiksa, sekalipun dikandangnya kita pasang AC, karena dia habitatnya tidak sesuai.
Demikian juga kita manusia ciptaan Allah, ketika jatuh dalam dosa maka seolah-olah manusia itu hidup dalam habitatnya yang tidak cocok untuk dia. Maut, penyakit, kehancuran, dll akibat dosa itu bukan habitat kita. Karena itu Paskah adalah cara Allah mengembalikan manusia kepada fithrahnya yang semula, mengembalikan manusia kepada habitatnya yang semula.
SADARILAH bahwa akibat peristiwa Paskah, hidup kita tidak lagi sama, jangan memandang diri kita lebih rendah dari apa yang Allah pandang atas kita. Allah melihat ada potensi luar biasa dalam hidup kita untuk menjadi saluran-saluran kuasa Allah dalam dunia. Jangan pernah pesimis lagi memandang hidup, karena meskipun secara jasmani fisik kita di dunia ini,namun jangan pernah pikiran dan cara pandang kita diikat dengan cara-cara pikir dunia. Cara pikir dunia saat ini berkata Suram…suram…suram… tapi anda sudah kembali lagi hidup dalam habitat anda di Eden. Di Eden ada kelimpahan, ada penyertaan Tuhan, ada kehadiran Tuhan
Yakini semua ini dalam hidup kita maka kita akan lihat firmanNya itu menjadi nyata dalam kehidupan kita.
Sekali lagi makna paskah yang ktiga adalah mengembalikan kita manusia kepada fitrah penciptaan kita yang mula-mula.

Yang keempat:
Paskah berarti sebuah kontrak perjanjian antara Allah
Dan kita

Yang terakhir, Paskah adalah sebuah kontrak Perjanjian antara Allah dan umatNya. Lewat peristiwa Paskah dalam Perjanjian lama, Allah sedang mengikat Perjanjian antara orang Israel dan diriNya. Demikian juga dalam peristiwa pengurbanan Yesus dalam peristiwa Paskah Allah sedang membuat kontrak perjanjian antara Allah dan umatNya.
Perjanjian apakah itu? Matius 26:28
“28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

Perjanjian yang Allah lakukan dengan kita itu bukan sekedar perjanjian hitam diatas putih dengan meterai 6ribu. PerjanjianNya adalah perjanjian dengan darah Kristus sendiri. Darah yang mahal karena menyangkut kehidupan kritus sendiri yang tiada bercacat cela.
Perjanjian ini kuat dan tidak dapat dibatalkan dengan apapun. Perjanjian itu adalah perjanjian Allah dan manusia, dimana setelah manusia mengalami/menerima penebusan maka manusia menjadi umatNya dan Allah menjadi Tuhannya. Artinya ada sebuah relationship/hubungan antara Allah dan umatNya antara Tuhan dan hambaNya, antara Pencipta dan ciptaanNya.
Dengan kata lain maka manusia yang mengikat perjanjian dengan Allah sebagai yang lebih tinggi diatasnya maka manusia tidak bisa lagi menjalani hidup dengan menggunakan caranya sendiri, manusia tidak bisa hidup dengan menggunakan metodenya sendiri. Hidup menurut dengan polanya sendiri. Manusia harus hidup dengan cara hidupNya Allah…
Petrus mengatakan bahwa kita ini bangsa yang kudus yang dipanggil keluar dari gelap menuju terangNya yang ajaib. Coba agar lebih pas kita buka aja dalam
1Petrus 2:9-10
9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Dalam ayat ini saudara dan saya dikatakan bangsa terpilih, imamat rajani dan bangsa yang kudus, punya kepunyaan Allah sendiri. Jadi sangat jelas bahwa pada intinya menurut ayat ini kehidupan kita saat ini adalah sebuah kehidupan yang baru yang terikat perjanjian dengan Allah. Bangsa yang kudus yang ingin ditekankan, Kudus dalam bahasa Ibrani adalah kadosh, artinya adalah dipisahlan/dikhususkan. Artinya Allah ingin kehidupan kita berbeda dengan cara hidup orang-orang yang tidak mau mengenal Allah, orang-orang yang tidak terikat kontrak perjanjian darah paskah.
Paulus pernah menasehatkan agar kita tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Ini adalah sebuah proses pembelajaran yang tidak pernah berhenti yang harus terus menerus dikerjakan oleh umat. Dalam PL Allah juga berulangkali menegur bangsa Israel untuk selalu belajar hidup sesuai firman TUhan. Belajar adalah sebuah proses.
Tidak ada orang Kristen yang boleh berkata aku sudah sempurna mengikuti kehendak Allah, karena dia terus menerus belajar. Saya percaya pada kelahiran kembali yang sekejap mata prosesnya, namun belajar mengenakan manusia baru setiap hari itu lain lagi persoalannya.
Saya kasih sebuah ilustrasi…
“Ada sebuah anak lelaki yang hidup dan tumbuh di jalan, dia bergaul dan berteman dengan anak-anak jalanan, preman sampai penjahat. Lingkungan itu begitu membentuk hidupnya yang tanpa sadar itu berpengaruh kepada karakternya. Cara berbicara, cara berpikir dan cara bertindak. Tanpa dia tahu ternyata anak ini adalah anak seorang konglomerat keturunan bangsawan yang semasa bayi pernah hilang karena diculik. Singkat cerita orang tuan anak ini menemukan anaknya yang kini sudah beranjak pemuda berumur sekitar 20tahunan. Kemudian sang orang Tua memboyong anak ini kerumahnya yang begitu besar dan berlimpah kemewahan. Sangat jauh berbeda dengan lingkungan dulu dia tinggal sebelumnya.
Anak ini langsung dirawat tubuhnya yang kotor, dipakaikan pakaian yang bagus, dalam sekejap mata penampilannya berubah. Yang dahulu kumal, dekil, tidak terawatt sekarang menjadi bak seorang artis yang serba cliing…
Namun orang tuanya ternyata tidak boleh cukup puas bahwa naknya ditemukan. Ada satu PR lagi apa itu??? Karakter anaknya yang terbentuk di jalan ternyata tidak ikut berubah seiring dengan posisinya sekarang…. Karakter yang keras, semaunya sendiri, kasar dan sok jagoan ,masih tetap menempel.Inilah PR bagi org tuanya yang harus mengubah/membentuk karakternya sesuai dengan karakter ayah ibunya yang terhormt.
Bukanlah ini menggambarkan kehidupan saudara dan saya. Sebelum kita kenal TUhan, hidup kita mengikuti cara-cara dunia. Sampai kita mengenal Dia, kita dibabtis dan kita menjadi manusia baru dihadapan Allah. Seperti anak tadi yang berganti penampilan. Namun karakter kita, Allah tidak menyulapnya/ Allah tidak pernah merampok kepribadian seseorang. Melainkan Dia ingin kita belajar dari hari kehari mengikuti teladan Kristus. Jadi kita yang sudah diangkat kedudukan kita menjadi anak-anakNya, menjadi istimewa dimata Allah lewat kontrak perjanjian Darah Paskah, maka kita harus hidup sesuai gaya hidup warga kerajaan Allah. Dan ini bukanlah sebuah peristiwa kelahiran baru yang terjadi dalam hitungan detik, melainkah proses dari hari kehari sampai gambaran Kristus itu sempurna dalam hidup kita.
Jadi kesimpulannya adalah Paskah bermakna sebuah kontrak perjanjian antara Allah dan kita agar kita tidak hidup lagi sesuai dengan cara dunia namun dengan gaya hidup kerajaan Allah.

Kesimpulan:

Inilah beberapa makna paskah yang bisa kita renungkan pada saat ini. Paskah adalah sebuah peristiwa histories yang mengubah jalan hidup kita selamanya jika kita mau merespon panggilan Allah lewat paskah ini.
Makna Paskah bagi kita ada 4:
1. Paskah berartri Allah yang tak tersentuh kematian merasakan kematian bagi kita…
2. Paskah berarti dilewatinya kita/ di PESAKH dalam bahasa IBrani dari kematian…
3. Paskah bermakna kembalinya kita kepada fitrah penciptaan kita yang mula-mula .
4. Paskah berarti sebuah kontrak perjanjian antara Allah dan umatNya agar umatNya hidup sesuai identitas mereka sebagai warga kerajaan Allah.

Keberhasilan Yang Sejati

by: Leonardo Winarto


Shalom aleikhem….

Tema renungan kita saat ini saya beri judul keberhasilan yang sejati. Menurut kalian bagaimanakah yang dimaksud bahwa seseorang itu berhasil? Atau apa definisi kalian tentang arti keberhasilan? Apa berhasil itu berarti memiliki nilai-nilai yang baik di sekolah, naik kelas, lulus sekolah, cita-cita tercapai, punya ini dan itu?....
Coba saat ini kita berinteraktif, konsep apa yang kalian miliki dalam pikiran kalian tentang sebuah keberhasilan? Bagaimanakah “arti sebuah keberhasilan” dalam pikiran kalian?
Setiap kita ditempat ini punya pemikiran yang berbeda tentang keberhasilan, hal itu tidak salah namun kita mau kembali kepada firman Allah. Bagaimanakah firman Allah memandang sebuah keberhasilan. Atau apakah makna keberhasilan dilihat dari firman Allah. Bagi kita Alkitab adalah sebuah patokan, ukuran tertinggi untuk menilai segala sesuatu didalam kehidupan. Karena itu sudah sepatutnya bagi kita untuk menggali dari kebenaran Alkitab dalam persoalan ini.
Alkitab punya patokan khusus tentang bagaimana seseorang dikatakan berhasil dihadapan Allah. Ukuran keberhasilan menurut Alkitab belum tentu sama/ bahkan berbeda dengan ukuran keberhasilan menurut dunia.
Karena itu saat ini kita akan sama-sama mempelajari hal ini dari alkitab. Saya sebut ini adalah sebuah pembekalan bagi kalian agar ketika kalian dihadapkan dengan apa yang disebut keberhasilan, maka kalian akan tahu apakah ini benar-benar sebuah keberhasilan yang dirindukan Tuhan. Demikian juga jika kalian punya kerinduan untuk menikmati sebuah keberhasilan maka kalian akan mengetahui kunci untuk mendapatkannya.


Kriteria Alkitab untuk sebuah keberhasilan:

Harus dipahami bahwa keberhasilan menurut Alkitab itu bukanlah melulu persoalan jasmani saja namun juga rohani. Bahkan Alkitab mementingkan yang rohani dulu baru yang jasmani akan mengikuti.
Didalam Alkitab ada banyak contoh-contoh bagaimana kehidupan sesesorang dikatakan berhasil setelah mereka melewati berbagai macam ujian dari Tuhan dan mereka keluar sebagai pemenangnya.

Pertama:
Orang yang berhasil adalah orang yang melakukan
Firman Tuhan daripada kehendak dirinya sendiri
.

Bagi Tuhan yang disebut orang yang berhasil adalah orang yang mau melakukan firman diatas kehendak dirinya sendiri. Bagi TUhan orang dikatakan berhasil bukan pertama-tama karena ia memiliki harta ini dan itu, kepintaran ini dan itu, pangkat kedudukan ini dan itu. Tapi dalam pandangan Tuhan orang yang berhasil adalah ketika orang itu mulai menempatkan firman Tuhan diatas kehendak dirinya sendiri.
Ketika kita menempatkan kehendak kita lebih tinggi dari firman Tuhan, maka pada saat itulah kita mulai jatuh.
Tuhan Yesus memberikan teladan yang baik bagi kita bagaimana menempatkan Firman Allah/kehendak Allah lebih tinggi dari kehendak diri sendiri.
Kita baca dalam matius 26:36-44
Kita semua tahu bahwa kisah ini menceritakan bagaimana pergumulan Tuhan Yesus dalam kemanusianNya antara menuruti kehendak dagingnya atau kehendak Allah.

Bagi murid-murid dan orang-orang yahudi yang mencintai Yesus, sangatlah tidak keren dan tidak membanggakan akhir hidup Yesus. Yesus telah dianggap pahlawan, kebanggaan sekaligus penyelamat mereka yang selalu ada dan tidak pernah takut apapun. Namun ketika ditangkap oleh serdadu romawi, Yesus tiba-tiba bungkam seribu bahasa, tidak ada perlawanan, tidak ada pembelaan(sesuai dengan nubuat Yesaya). Orang-orang melihat kenyataan ini sambil mengharapkan bahwa Yesus akan menggunakan kekuatanNya untuk melawan dan membebaskan diriNya. Namun ternyata Yesus diam saja menerima penghinaan,cemoohan pukulan demi pukulan.
Kesimpulannya bagi dunia bahwa Yesus gagal dalam misiNya, Yesus seorang pembaharu yang gagal dalam misiNya ditengah jalan dan mati muda. Berarti meurut ukuran dunia Yesus gagal…
Namun bagi Allah, apa yang menurut dunia gagal bagi Allag itu sebuah keberhasilan.
Kita lihat dalam Yesaya 52:13
“Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.
Dalam ayat ini dikatakan bahwa hambaKu akan berhasil. Ini berbicara ketika Firman Allah menjadi manusia dan menjalankan misi penebusan. Sang Mesias itu mengalami penderitaan.
Namun Keberhasilan yang didapat oleh Yesus itu tidak akan terwujud ketika Dia tidak menundukkan diri kepada skenario Kitab Suci. Ketika Ia submit/menundukkan diri maka saat itulah Allah memandang bahwa Mesias berhasil dalam menjalankan misi Allah. Sekalipun dalam penundukan diri kepada kehendak Allah ada harga yang harus dibayar. Yesus habis-habisan mengalami penderitaan, harga diriNya hancur dan direndahkan serendah-rendahnya sampai tidak ada harganya untuk ukuran manusia. Bagi manusia Yesus gagal. Karirnya sudah tamat., Tapi bagi Allah, disanalah benih-beih keberhasilan itu mulai tumbuh.

Jadi jelas kalau kita ingin dipandang berhasil oleh Tuhan dan menjadi berhasil, maka kita harus mau tidak mau menempatklan kehendak Allah diatas kehendak kita. Ini harus diakui adalah proses pembelajaran yang panjang. Tidak ada seorangpun yang dengan sombongnya berani berkata bahwa dia sudah menuruti kehendak Allah secara sempurna dalam hidupnya. Kita semua sedang belajar kesana. Jika kita gagal dan jatuh, bangkitlah kembali jangan hukum dirimu. Pandang kedepan, perlombaan belum berhenti.

Kedua:
Orang yang berhasil adalah orang yang mampu
Melihat Sesuatu yang baik dari hal-hal yang kelihatannya tidak baik

Selanjutnya kita menemukan lagi dari firman Tuhan, bahwa orang yang akan berhasil atau orang yang dikatkan sebagai orang berhasil adalah orang yang mampu melihat sesuatu yang baik dari hal-hal yang kelihatannya tidak baik.
Tuhan seringkali melihat kita gagal di area ini, ketika sesuatu hal masalah, pencobaan dan ujian datang menghadang langkah kita, disana kita mulai gentar, mulai bersungut-sungut sehingga kita tidak mampu melihat hal baik dibalik semua itu.
Yesus mampu melihat bahwa dibalik penderitaan yang dialamiNya diatas salib, Ia melihat ada hal yang baik yana akan terjadi. Akan banyak manusia diselamatkan, setan dihancurkan. Kalau Tuhan tidak bisa melihat hal yang baik dibalik hal-hal yang kelihatannya tidak baik, maka anda dan saya tidak akan ada disini.Amiin? coba kita renungkan ini sama-sama. Kita baca dalam Yesaya 53:11
“Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
Ayat yang barusan kit abaca ini jelas menggambarkan bagaimana situasi tidak baik yang sedang dihadapi Yesus. Namun Dia tidak berfokus kepada situasinya, Dia tidak berfokus kepada penderitaan dan masalah yang menghadangNya. Yesus memandang saudara dan saya… Amiin!!! Sekali lagi saya katakan karena Yesus memandang saya, saudara maka Dia tetap kuat berjalan di golgota. Ketika Dia lemah secara fisik setelah mengalami siksaan yang berat pada malam sebelumnya, dan Dia mulai tergoda untuk menyerah ketika Dia jatuh karena tubuhnya lemah dan kehilangan banyak darah, setan mulai berkata sudahlah berhentin sampai sini. Yesus tidak dengarkan itu, Dia mulai membayangkan wajah saya, wajah jimmy, wajah kalian semua yang ada di tempat ini yang butuh diselmatkan.
Ketika saya renungkan ini, saya begitu malu dihadapan Tuhan. Bahwa saya gampang mengeluh, protes ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai yang saya harapkan. Saya tidak mampu melihat apa hal-hal baik dibalik segala peristiwa yang sedang saya hadapi. Hal ini tidak gampang saudara.
Anda tahu Yusuf? Bukan ko Yusuf ini, ko Yusuf ini tapi juga harus meneladani Yusuf di Alkitab karena namanya udah terlanjur sama.
Yusuf, Dia punya janji dari Tuhan bahwa dia akan dimuliakan, ditinggikan dan dipromosikan Tuhan. Namun kita semua tahu apa kenyataannya? Yusuf malah dipermalukan, difitnah dan dipenjara. Namun Yusus adalah seorang yang mampu melihat hal baik dibalik segala hal yang kelihatannya tidak baik. Ditangkap, difitnah,dipenjara itu apanya yang baik? Gak ada kan? Tapi Yusuf mampu melihat hal baik dibalik semuanya itu.
Coba kit abaca Kejadian 45:5
“tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.
Anda lihat bagaimana ucapan Yusuf??? Luar biasa. Dia mampu melihat hal yang baik dibalik segala hal yang tidak baik yang dia alami. Dia tidak mengungkit-ngungkit kesalahan saudaranya dulu kamu ini dan itu. Tapi Yusuf focus kedepan dan melihat rencana Allah yang lebih besar daripada segala penderitaan yang dia alami.
Karena itu yuk sama-sama belajar ketika kita menghadapi hal yang tidak mengenakkan, difitnah teman, dibohongin teman atau disakiti orang yang kita anggap dekat dengan kita. Jangan kecewa, jangan sakit hati. Lihat bahwa dibalik semua ini ada hal baik yang menanti kita amiin. Nilai ulangan jelek juga jangan susah lihat ada hal baik yang akan terjadi, dimarahi guru juga jangan susah, lihat hal baik. Bukan itu saudara, kalau karena tidak belajar dan nilainya jelek itu bukan menantikan hal baik, itu namanya menanti tidak naik kelas. Ha..ha…ha… Maksud Alkitab masalah itu datang bukan karena kita buat, namun karena proses yang diijinkan Tuhan.
Kalau anda berhasil dalam tahap ini, anda juga akan dilihat Tuhan sebagai orang yang berhasli dihadapanNya. Jadi orang dikatakan berhasil itu bagi Tuhan bukan karena dia punya mobil ini dan itu, punya rumah mewah ini itu. Ukurannya beda, karena Tuhan tidak memandang rupa, tapi melihat hati kita, karakter kita.
Contoh lagi Kaleb dan Yosua ketika mau memasuki tanah perjanjian, dihadapkan kenyataan bahwa Tuhan tidak begitu saja memberikan tanah itu pada mereka. Tuhan ingin mereka ada usaha, pengorbanan, perjuangan. Mereka harus hadapi orang-orang Enak yang tinggi-tinggi dan pandai berperang. Sepuluh pengintai tidak mapu melihat hal baik dibalik semua itu, mereka hanya lihat problemnya, raksasanya. Tapi Kaleb dan Yosua, mereka lihat hal yang baik yang menanti mereka.
Penting bagi kita untuk mampu melihat hal yang baik dibalik semua hal-hal yang seolah-olah tidak baik yang kita lihat atau alami.



Ketiga:
Orang yang berhasil adalah orang yang bisa dipercayai perkara kecil

Yang ketiga, orang yang berhasil dihadapan Tuhan adalah ketika seseorang itu bisa dipercayai dalam perkara-perkara kecil. Seringkali kita tidak sabar dengan yang kecil-kecil… iya kan. Kita mau berkat besar, pelayanan besar, semua serba besar. Kita menjadi tidak sabar dan tidak suka ketika Allah percayakan kita perkara-perkara yang kecil.
Padahal Allah ingin melihat sampai sejauh mana kerendahan hati kita dan kesetiaan kita. Allah tidak ingin kita terjatuh ketika langsung dipercayakan hal-hal yang besar. Contoh: kita dipercayakan karunia tanda-tanda ajaib, tapi karakter kita tidak siap, kita pasti jatuh dalam kesombongan dan itu jalan tol menuju kehancuran. Allah tidak ingin umatNya langsung menanjak kepada perkara besar jika karakternya belum siap. Musa butuh 40 tahun. Yusuf butuh 13 tahun. Semua ada yang namanya masa persiapan. Kalau anda ingin mencapai atau disebut orang yang berhasil oleh Tuhan, Anda harus setia dalam hal kecil, masuki dulu masa persiapan dari Tuhan ini. Jika kita setia dalam perkara kecil dan Tuhanlihat waktunya sudah genap, maka Ia akan percayakan hal-hal besar dalam hidup kita.
Contoh lagi Daud, yang hanya punya kambing beberapa ekor, tapi dia setia menggembalakan kambing dombanya yang Cuma sedikit itu. Sampai dia dipercayakan Tuhan menjadi raja yang menggembalakan orang Israel yang jumlahnya jutaan. Hal ini bukan dimulai mendadak namun ada proses yang didalamnya butuh waktu dan kesetiaan akan perkara kecil.

Kesimpulan:

Masih bayak yang bisa kita gali tentang bagaimana seseorang dikatkan sukses dihadapan Tuhan, namun beberapa hal yang kita pelajari saat ini cukuplah untuk sementara menjadi bahan perenungan bagi kita semua di tempat ini.

Jumat, 10 April 2009

The History of Allah dalam Alkitab

By : Abuna Leonardo W


Setiap manusia memiliki kesadaran dalam hatinya akan adanya sesuatu kekuasaan yang lebih tinggi dari dirinya.Bahkan manusia merindukan pengetahuan tentang Allah; hasrat-hasrat agamawi membuktikan hal itu.[1]
Namun akibat kejatuhan manusia pertama dalam dosa maka segala kemampuan manusia untuk dapat mengenali Allah menjadi sangat terbatas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan atau dipercayai secara penuh. Rasul Paulus mengatakan bahwa hal ini diakibatkan karena manusia jatuh dalam dosa sehingga kehilangan kemuliaan Allah.[2]
Sehingga pengetahuan manusia akan Allah menjadi kabur.Meskipun demikian Allah masih dapat dikenali secara umum lewat karya-karya ciptaanNya yang ada didalam dunia ini.[3]
Sehingga dapat kita lihat dalam Alkitab setelah peristiwa kejatuhan manusia dalam dosa maka Allah sendirilah yang berinisiatif untuk membuka diriNya kepada manusia.[4]
Sekarang kita mempunyai panduan untuk dapat mengenal Allah yang benar.Buku panduan itu bernama Alkitab yang berisi tentang karya-karya Allah dan FirmanNya yang bisa memberikan pengertian kepada kita tentang pribadi Allah. Namun kita tetap jangan lupa bahwa meskipun kita memiliki Alkitab namun pengetahuan kita tentang Allah tetaplah terbatas oleh akal pemikiran kita.[5] Pewahyuan yang kita milki tentang Allah itu bersifat bertahap sepanjang sejarah.[6] Allah memahami keterbatasan pola pikir kita jika kita secara sekaligus diberikan pewahyuan akan pribadi Allah maka kita tidak akan sanggup untuk menampungnya.

Mempelajari asal usul
Kata El, Elohim, YHWH dan Allah

Sebelum kita mempelajari tentang Pribadi Allah baik itu ketritunggalan ataupun sifat-sifat Allah maka kita akan mempelajari asal-usul penggunaan kata Allah secara etimologis.
Pertama-tama harus dipahami bahwa tidak ada nama ilahi yang turun dari surga.Baik itu nama Yahweh yang dipakai oleh orang Yahudi ataupun kata Allah yang dipakai oleh orang-orang Kristen arab Jauh sebelum kelahiran Islam pada awal abad ke-7. Seorang ahli Perjanjian Lama Dr.CH Barth ketika melacak asal-usul nama Ilahi dalam kitab Taurat menuliskan hasil penelitiannya dengan sangat tepat sekali.DR. Barth menuliskan demikian:

“Nama Allah maksudnya YAHWEH tidak “diturunkan dari surga”. Dia sendirilah yang dikatakan turun(kel 3:8). Dia berkenan menyatakan diriNya kepada umat Israel. Itu berarti Ia menyatakan diriNya dalam bahasa yang cocok dengan telinga,hati dan mulut orang Israel; namaNya sendiri “berasal” dari mereka terambil dari nama-nama yang pernah menjadi biasa dalam pergaulan mereka, didaerah-daerah pengembaraan atau penumpangan mereka.”[7]

Jadi disini kita melihat bahwa Allah ketika mewahyukan diriNya itu melakukan pengkontekstualan nama diriNya dengan bahasa dan budaya yang dimengerti dengan mereka.[8]
Dalam bahasa Ibrani sendiri ada terdapat 2 macam nama Ilahi untuk menyebut nama Penguasa langit dan bumi: (1) Yahweh; dan (2) kelompok nama yang diawali dengan kata “EL”. Kedua nama ini berasal dari jaman dan tempat yang berbeda. Sebelum digunakan oleh tokoh-tokoh sejarah Alkitab sebagai satu-satunnya nama Tuhan yang benar, kedua kelompok nama ini juga pernah digunakan oleh orang-orang kafir untuk menyebut dewa-dewa local diberbagai tempat. Frank M. Cross dalam karyanya “Theological Dictionary of The Old Testament” menulis:

“… in the Canaananite pantheon ‘El was the proper name of The god par excellence, the head of the pantheon”.[9] Banyak contoh didalam Alkitab mengenai penggunaan kata El yang dikaitkan dengan kata sifat tertentu. Misalnya El Elyon(kej 14:19, “El yang Maha Tinggi), El Shaddai(Kej 17:1, “El yang Maha Kuasa), El ‘Olam(Kej 21:33, “El yang kekal).
Nama-nama ilahi dengan awalan El inilah yang pertama kali dikenal oleh bapak-bapak leluhur Israel yakni Abraham, Ishak dan Yakub.Barulah kemudian pada jaman Musa nama Yahweh mulai dikenal.Penggunaan kata Yahweh inipun dengan makna dan tujuan tertentu yang terkait dengan misi Musa untuk membebaskan bani Israel dari perbudakan Mesir.

Asal usul nama Yahweh:
Sebagaimana yang telah disinggung diatas bahwa nama Yahweh itu baru dikenal pada zaman Musa. Ketika Allah menyatakan diri kepada nabi Musa dalam suatu peristiwa semak belukar yang berapi. Ketika itu dalam kel 3:13 Musa bertanya kepada Tuhan; bagaimana tentang namaNya(Ibr.Mah symo?) jelas pertanyaan ini bukan bermaksud bertanya tentang nama Tuhan namun apa hakekat kuasa dibalik yang dinamakan. Karena pada lazimnya jika orang ingin bertanya nama, seharusnya Mi symo(siapa namamu) bukan Mah symo (bagaimana tentang namaNya).
Jadi jika kita menyebut nama Yahweh itu bukan sekedar dimaknai seperti nama-nama makhluk pada umumnya. Karena kata Yahweh ini lebih menunjuk hakekat dari Tuhan sendiri. Tuhan menjawab pertanyaan Musa ini dalam bahasa Ibrani: Ehyeh Asyer Ehyeh yang bermakna AKU ADALAH AKU(kel 3:14). Kemudian bagaimana kita bisa menemukan bentuk Yahweh dari kata Ehyeh Asyer Ehyeh tadi? Menurut tafsir yang ditulis oleh seorang rabbi Yahudi sendiri, bentuk Yahweh terkait dengan keMAHA HADIRan Allah, baik dulu,kini,maupun yang akan datang. KeberAda-an Allah yang dikaitkan dengan ketiga aspek waktu itu dalam bahasa Ibrani disebut hayah, “Dia telah ada”(He was); Howeh “Dia Ada”(He Is) dan Yihyeh, “Dia akan Ada(he will be). Hal ini mempunyai makna bahwa Allah itu kekal, Dia tidak terikat dengan aspek ruang dan waktu.[10] Dengan firman dalam Kel 3: 14 Allah menyatakan siapa DiriNya. Jika kita melihat secara gramatikal maka apabila Allah sendiri mengucapkan namaNya maka kita akan menemukan bentuk ehyeh (AKU ADA) namun bila umat yang mengucapkannya dengan memakai bentuk kata ganti orang ketiga maka ditemukan bentuk Yahweh (DIA ADA).

Makna “Nama” dan “Pribadi”
Dalam Alkitab
Dalam latar belakang kebudayaan Yahudi, nama seseorang itu selalu dikaitkan pribadi seseorang dibalik nama itu. Jadi nama seringkali mewakili kepribadian seseorang.Dalam Alkitab makna sebuah “nama” bisa didefinisikan dalam 3 aspek yakni: pertama, nama adalah pribadi itu sendiri; kedua, nama adalah pribadi yang diungkapkan; ketiga, nama adalah pribadi yang hadir secara aktif.[11] Jika kita menerapkan ketiga aspek mengenai makna sebuah nama ini kedalam Pribadi Allah maka kita akan melihat penjelasannya sebagai berikut:

1. Nama menunjuk pada pribadi itu sendiri

Dalam Alkitab sendiri nama seseorang itu selalu dikaitkan dengan pribadi seseorang. Jadi misalnya lenyapnya seseorang seringkali dalam Alkitab disebut dengan “namanya hilang”.Misalnya, doa orang Israel ketika mereka kalah dalam sebuah peperangan:
“…Mereka akan mengepung dan melenyapkan nama kami dari bumi ini.Dan apakah yang akan Kau lakukan untuk memulihkan namaMu yang besar itu?(yos 7:9)”
Bahkan Allah sendiri sering disebut dengan istilah “Sang Nama/Ha Shem.[12] Kita dapat melihat hal ini dalam Kitab Imamat 24:11 dalam teks bahasa Ibrani ayat ini berbunyi:
“Wiyyiqov ben ha isyah ha Yisrael et Ha Shem/Anak perempuan Israel itu menghujat Sang NAMA dengan mengutuk”[13]
Dari contoh kita dapat melihat dengan jelas bahwa nama menunjuk kepada Pribadi yang di”nama”kan. Sehingga yang terpenting bukanlah penyebutan nama Yahweh dalam bahasa Ibrani asli namun Pribadi dibalik yang disebut itu yang mmencakup Hakekat dan SifatNya.


2. Nama adalah Pribadi yang diungkapkan

Yang kedua kita akan melihat bahwa nama adalah pengungkapan Pribadi dari sosok yang memiliki nama tersebut. Misalkan dalam Amsal 18:10 dikatakan bahwa nama TUHAN/Shem Yahweh adalah menara yang kuat. MaksudNya disini adalah Pribadi Allah adalah Pribadi yang hidup dan aktif yang dengan kekuasaan IlahiNya menjaga dan melindungi umatNya. Yang menarik jika kita membaca dalam kitab Yesaya 30: 27 yang didalam bahasa Ibrani tertulis:
“Hinneh, syem Yahweh ba mimerhaq…”
“Perhatikanlah , nama TUHAN datang dari tempatNya yang jauh…” kenapa dalam ayat ini tidak dikatakan bahwa Tuhan yang datang kan seharusnya cukup demikian.Jadi maksudnya bila disebutkan bahwa nama TUHAN yang datang adalah bermakana menyatakan pengungkapan diri Yahweh itu sendiri.

3. Nama adalah Pribadi yang hadir secara aktif

Makna sebuah nama dan Pribadi dalam yang Alkitab yang ketiga adalah kehadiran aktif dari Pribadi yang dinamakan. Artinya adalah sebuah nama bagi Tuhan adalah bentuk kehadiranNya yang selalu ada bagi UmatNya. Misalkan dalam Mazmur 76:2
“…namaNya masyhur di Israel”
Hal ini dibuktikan dari perbuatan-perbuatan dahsyat Allah yang dialami oleh bangsa Israel. Sebuah contoh lagi adalah saat pergumulan antara Elia dengan nabi-nabi baal di gunung karmel.Dalam kompetisi ini nabi Elia mengusulkan peperangan Nama TUHAN versus nama-nama ilah selain Dia. Disini nama bukan sekedar nama,namun melambangkan kehadiran Pribadi dibalik sesuatu yang dinamakan.[14] Hal ini tentu berbeda dengan manusia yang tidak selalu dapat hadir dimana-mana pada segala waktu. Hanya Allah saja yang selalu ada dimana-mana dan selalu sedia segala waktu. Ketika kita mengatakan Yahweh Yir’eh maka Allah akan ada bersama-sama kita sesuai dengan atribut namaNya yang kita sebut. Karena sejatinya Dia memang Immanu-El (God With Us)!

Asal usul gramatika kata Allah
Serta penggunaannya pada lingkungan Kristen Arab
Sebelum jaman Islam

Kita umat Kristen seringkali dalam doa kita dan puji-pujian kita menyebut Pribadi yang kita sembah dengan sebutan “Tuhan” dan “Allah” namun sudahkah kita mengetahui makna atau arti dari kata “Tuhan” dan “Allah” yang kita gunakan ini?
Kita akan membahas terlebih dulu arti dari kata “Tuhan”
· Tuhan: berasal dari bahasa melayu yang bermakna Penguasa atau yang mempunyai wewenang. Kata Tuhan adalah penyangatan dari kata tuan.Tuan segala tuan yakni Tuhan. Jadi kata Tuhan disini tidak menunjuk sebuah nama Pribadi namun gelar atau jabatan fungsional. Seperti misalnya raden,Gusti dalam bahasa jawa atau Lord dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Ibrani kata Tuhan adalah sebanding dengan kata Adonay dan Kurios dalam bahasa Yunani. Sedang dalam bahasa arab sendiri adalah rabb yang semuanya bermakana Penguasa.

· Allah : Asal-usul kata Allah ini berasal dari bahasa aramaik Allaha.Dari bahasa aram menjadi Allah dalam bahasa Arab. Kata ini adalah kata benda khusus yang tidak bisa dijamakkan lagi.[15] Kata Allah itu berasal dari kata Al dan Ilah. “al” disini adalah definite article atau kata sandang yang menunjukkan kekhususannya. Jika dalam bahasa Inggris adalah “The”. Contoh jika kita menyebut “book” itu artinya bisa buku yang mana saja. Tapi kalau ditambahi “the” menjadi “the book” artinya buku itu.Dalam bahasa arab misalnya “kitab” bisa kitab yang mana saja. Tapi jika al + Kitab menjadi Alkitab itu bermakna Kitab yang itu.
Demikian juga dengan kata Allah berasal dari al + Ilah.
Ilah, bermakna sembahan atau yang disembah. Walhasil jika kata ilah ditambah al menjadi kata Allah yang bermakna sembahan yang satu-satunya itu. Jadi jika dalam Alkitab bahasa arab dalam 1 kor 8:4 ditulis wa an laa ilaha illa-llah itu maknanya adalah tidak ada ilah(sembahan) selain Allah(sembahan yang satu itu). Kata Allah ini dalam bahasa Ibrani sejajar dengan Elah dan Ha-Elohim yang semuanya bermakna sembahan yang satu-satunya.
Jadi sekarang jelas bahwa ketika kita menyebut Allah,maknanya adalah satu-satunya Pribadi yang menjadi sesembahan kita.



Penggunaan nama Allah
Di lingkungan Kristen Arab
Sebelum jaman Islam

Beberapa waktu yang lalu ada keberatan di pihak umat Islam di Malaysia dan Indonesia merasa keberatan mengenai penggunaan kata Allah dalam lingkungan Kristen. Pandangan seperti ini sebenarnya tidak didukung oleh Al-Qur’an sendiri. Seorang cendekiawan Muslim Alm. Prof Dr.Nurcholish Madjid menulis dalam bukunya yang menangapi keberatan dipihak sebagian umat Islam mengenai penggunaan kata Allah dilingkunagn Kristen mengatakan bahwa pandangan ini tidak didasari oleh Qur’an sendiri. Karena AlQuran menegaskan dalam Q.s al-hajj/22:40 bahwa didalam gereja pun nama Allah banyak disebut.[16] Bahkan Dr.Kautsar Azhari Noer yang adalah seorang dosen Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta mengakui dalam tulisannya; “Nama Allah dalam Tasawuf”[17] :

“…Nama Allah telah lama digunakan oleh orang Arab sebelum Islam, Allah, yang biasanya dianggap sebagai perubahan bentuk dari al-ilah adalah sebutan “Tuhan tertinggi” orang arab pra Islam. F.V. Winnet, seorang sarjana Barat mengatakan bahwa prasasti-prasasti Arabia selatan(Ma’in , Saba’ , Qataban) dan Arabia Utara (Lihyan , Tsamud , dan Safa) membuktikan bahwa Tuhan tertinggi itu, Allah telah disembah sejak waktu yang tidak diketahui.”

Jadi jelas bahwa memang kata Allah bukanlah trade mark Umat Islam namun merupakan warisan penggunaan umat Yahudi dan Kristen pada zaman sebelum kelahiran Islam. Untuk membuktikan bahwa kata Allah sudah dipakai oleh orang Kristen Arab jauh sebelum kelahiran Islam kita dapat melacaknya dari penemuan-penemuan arkeologis yang berupa inskripsi-inskripsi yang terpahat pada batu-batu purba yang disebut prasasti yang umurnya bertanggal jauh sebelum kelahiran Islam.
Inskripsi yang tertua yang berhasil dilacak diketemukan dikota Umm al-Jimmal yang bertarikh tahun 250-271 M. Sedangkan inskripsi yang jelas memuat kata Allah dan dari tradisi Kristen adalah Inskripsi Umm al-jimmal juga namun bertarikh pada paruhan abad ke-6. Inskripsi ini diawali bacaan : “Allah ghafran” /Semoga Allah mengampuni.[18]
·
Inskripsi Zabad
(tahun 512 M)
Inskripsi ini sudah lama ditemukan yakni pada tahun 1881 oleh Dr, Sachau. Zabad adalah nama sebuah kota yang berada disebelah tenggara Allepo (halab), antara Qisrin dan sungai Eufrat. Inskripsi ini ditemukan direruntuhan sebuah gereja kuno yang diteliti para ahli bertarikh pada tahun 512. Menarik sekali bahwa Inskripsi ini ditulis dalam 3 bahasa yakni Aram, Yunani dan Arab. Dalam inskripsi itu terdapat gambar salib yang membuktikan asal-usul kekristenannya dari inskripsi ini. Lebih menarik lagi bahwa inskripsi ini diawali dengan bacaan “Bism al-ilah” yang kemudian disambung dengan nama-nama Kristen Syrian yang membangun gereja tersebut.
Demikian bunyi kutipan ini saya kutipkan dalam bahasa arab:
“ Bism al-ilah : Sergius bar Amad, Manaf wa hani bar Mar Al-qais, Sergius bar sa’ad, wa sitr, wa Souraih”
artinya: “dengan nama al-ilah/Allah : Sergius putra Amad, manaf dan Hani putra Mar al-qais, sergius putra Sa’ad dan Sitr dan Suraih”[19]
Inskripsi ini sendiri merupakan sebuah tugu peringatan/Martyrion penghormatan untuk para Syuhada’/Martyr yang didedikasikan untuk menghormati St.Sergius.

Inskripsi Harran al-Laja (568)

Penemuan inskripsi ini sendiri baru pada tahun 1864 di kota Harran, al-Laja diwilayah timur Jabal(pegunungan) Druze. Tulisan inskripsi ini dipahat dalam bahasa Yunani dan Arab disebuah batu diatas pintu sebuah gereja. Inskripsi ini merupakan sebuah tugu martir yang didedikasikan kepada Mar Yahya al-Ma’madan (St.Yohanes Pembabtis) atas perintah Syuhrabil bin Zalam, Raja Arab dari kindah.
Bunyi dari inskripsi tersebut sebagai berikut:
Ana syahrabil bnu Zhalamu,banayta dza(Shalib) al-Martur saniyat 436 ba’da mafsad khaybar, bi ‘am

Artinya:
“Saya Syahrabil putra Zhalam, membangun (tanda salib) martyrion gereja ini pada tahun 438 setelah kehancuran kota khaibar pada tahun…”

Dari inskripsi-inskripsi ini kita melihat bahwa nama Allah itu sudah dipakai oleh umat Kristen jauh sebelum jaman Islam. Bagi iman Kristen nama itu dimaknai sebagai sembahan yang satu-satunya/Al-ilah yang dikenal dalam perwujudan Sang Firman yang menjadi manusia Yesus Kristus.

Keesaan Allah dalam
Alkitab :
Iman Kristen sering disalah pahami sebagai suatu iman kepercayaan yang mempercayai lebih dari satu ilah.[20] Apalagi dengan adanya istilah Tritunggal dalam bahasa-bahasa keagamaan kita maka kita sangat potensial dituduh sebagai kaum Polytheis dan orang-orang yang mempersukutukan Allah/syirk. Namun apakah tuduhan-tuduhan mereka itu benar-benar seperti apa yang mereka perkirakan tentang iman kekeristenan kita. Rasul Petrus dalam suratnya 1 Petrus 3: 15 mengatakan:
“kurion de ton christon agiassate en tais kardiais hemon, hetoimoi aei apologian panti to aitounti humas logon peri tes en humin elpidos…”
1 petrus 3:15
artinya:
“Kuduskan Almasih dalam hatimu sebagai Tuhan, dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggunan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu,tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.

Dalam ayat ini Petrus berbicara tentang “APOLOGY” dalam kalimat ini bentuk kata ini dalam bahasa Yunani adalah noun accisative feminine singular common yang bermakna dalam bahasa Indonesia adalah Verbal defence atau a reasoned statement semuanya berbicara memberikan dasar-dasar alasan kenapa kita mempercayai Dia.

Qul huwallahu ahad” [21]

demikianlah bunyi salah satu ayat didalam Quran yang berarti “katakanlah Dia Allah yang Esa”
Iman Kristen dengan pengakuan imannya mengenai Trinitas potensial dituduh memiliki bertuhan tiga. Apalagi dalam bahasa sehari-hari kita seringkali secara tidak sadar mengucapkan istilah-istilah yang sebenarnya tidak ada didalam Alkitab sendiri. Misalkan Allah Anak dan Allah Roh. Kalau mau jujur didalam Alkitab tidak ada istilah ini. Karena dampak dari pemakaian istilah akan timbul kesan adanya beberapa Allah. Padahal Tritunggal itu bukan berbicara mengenai keberapaan Allah namun Kebagaimanaan Allah.Yakni bagaimana Allah yang Esa itu berkarya dan menyatakan diriNya dalam sejarah umat manusia.
Karena itu perlunya bagi kita untuk memikirkan kembali bahasa Theologis kita ketika kita akan mengkomunikasikan iman kita kepada orang lain. Sebuah contoh lagi mengenai kata “allah” dalam huruf kecil. Ini jelas-jelas kesalahan bahasa. Karena kata Allah adalah kata benda khusus yang tidak bisa dijamakkan lagi. Kata Allah itu berasal dari kata al dan ilah. AL adalah kata sandang yang sepadan dengan “the” dalam bahasa Inggris. Jadi kata al dan ilah melebur menjadi kata Allah yang bermakna Ilah yang itu. Atau ilah yang satu-satunya. Jadi tidak bisa kita mengatakan “jangan ada padamu allah lain dihadapanKu. Yang benar adalah Jangan ada padamu ilah lain dihadapanKu.
Kekristenan jelaslah sebuah iman kepercayaan yang mendasarkan iman percayanya kepada satu-satunya Allah.Sebagaimana tampak dalam kitab Ulangan 6: 4 yang terkenal dengan Istilah Syema’ (semacam syahadat orang Yahudi; band. Dengan sayahadat dalam Islam) yang berbunyi:
“Syema Yisra’El YHWH Eloheinu YHWH Ehad”
Syema ini dikenal dengan istilah Mitzvah ha Risyonah yang dikenal baik dalam degup jantung seorang Yahudi. Karena Kekristenan adalah penggenapan dari Yudaisme sendiri maka pengakuan iman kita pun adalah sama. Sebagaimana yang Yesus katakan dalam Injil Markus 12:29
“ fa ajaabahu Yasuu’u : uulal washooyaa jamii’aan hiya; “isma’u yaa israa’iil, ar-rabbu ilaahunaa rabbuw waahid”

Jadi jelas baik dalam PL maupun PB kita umat Kristen meyakini hanya ada satu-satunya Allah yang benar yang kita sembah. Allah Abraham,Ishak dan Yakub. Lalu bagaimana kaitannya dengan kepercayaan kepada Tritunggal? Seperti yang kita ketahui bahwa istilah Trinitas juga sebenarnya tidak ada dalam Alkitab. Namun bukan berarti bapa-bapa Gereja memunculkan istilah ini tanpa dasar alkitabiah. Sebab pengalaman itu selalu mendahului perumusan iman. Contoh kisah Abraham ketika diperintah Allah untuk menyerahkan Ishaq.Sebelumnya Abraham tidak kenal itu Istilah Yahwe Yireh.Namun setelah dia mengalami pengalaman dengan Allah sebagai El yang menyediakan maka Ibrahim merumuskan imannya tentang Allah sebagai El yang menyediakan. Daud punya istilah Yahweh Ro’I setelah punya pengalaman dengan Tuhannya sebagai Tuhan yang bertindak seperti seorang Gembala bagi Dia. Jadi didalam Alkitab hampir selalu bahwa perumusan/pengakuan iman itu didahului dulu oleh pengalaman.
Demikian juga dengan istilah Tritunggal ini. Rasul-rasul dulunya tidak mengenal siapa Yesus namun lewat PengajaranNya, perbuatanNya dan pewahyuan yang diberikan Roh Kudus setelah kenaikanNya maka semakin mantaplah pengakuan iman mereka. Namun patut dicatat latar belakang pengakuan iman mereka tentang Yesus tidak menciderai dan bertentangan dengan KeEsaan Allah sebagaimana yang menjadi landasan dasar iman mereka sebagaimana yang akan kita pelajari selanjutnya.
Pertama kali istilah tritunggal dimunculkan oleh seorang bapa Gereja yang bernama Tertulian yang hidup sekitar tahun 160-220M. Tertulian dalam bukunya yang terkenal Adversus Praxean menuliskan Una substansia, tres personae “Satu Dzat dalam tiga persona”. Maksudnya Allah itu Esa dalam substansi atau hakekat,tiga dalam hypostasis/persona/shifat. Namun kata persona disini tidak boleh dikacaukan dengan person dalam makna psikologi. Persona disini adalah dalam makna metafisik adalah cara berada Allah.
Jadi Trinitas itu maksudnya adalah Allah, FirmanNya dan RuhNya. Hanya ada satu Wujud/sumber Keilahian yang disebut Bapa. Didalam diri Bapa(1kor 8:6) ini berdiam secara kekal pula Firman(Yoh 8:42) dan RuhNya(yoh15:26). Jadi disini jelas bahwa Sumber keilahian hanya satu yakni Allah yang disebut Bapa.Tidak ada tempat bagi ilah nomer dua atau tiga.Jadi Allah yang benar itu memang harus Trinitas,yakni Allah,FirmanNya dan RuhNya.Jika tidak mau disebut Bapa, Anak,Ruh
Kudus sebut saja Allah,AkalNya/kalimat dan HidupNya/RuhNya. Setelah saya menjelaskan ini didalam acara-acara dialog yang saya adakan dipesantren mereka tidak banyak bertanya lagi dan mengatakan bahwa bahwa kalau yang seperti ini tauhid. Terlepas dari keyakinan iman Kristen bahwa Firman itu Nuzul/turun menjadi manusia.
Jadi jika seandainya kita ditanya siapa yang menciptakan langit bumi dan seisinya.Kita jangan lagi menjawab: Bapa(ayatnya kej 1:1) Anak (Yoh 1:1-3) Roh Kudus (Mazmur 33:6). Ini akan membuat bingung karena kesannya seolah-olah ada 3 yang menciptakan. Dalam buku-buku tulisan sarjana-sarjan barat seperti ini adalah akibat dipisah-pisahkan pelajaran mengenai Allah Bapa,pelajaran tentang Allah Anak, Kemudian tentang Roh Kudus.Akibatnya orang yang membaca menjadi bingung dengan tritunggal itu sendiri.Jadi cukuplah dijawab bahwa Allah menciptakan semuanya ini dengan Firman/LogosNya dan memberi kehidupan lewat RuhNya. Jelas disini siapa yang punya Firman dan siapa yang punya Ruh. Jadi keesaan Allah dipertahankan disini.

Cur Deus Homo:
Gusti Allah Dadi menungso


Istilah yang popular di gereja saat ini adalah Allah jadi manusia yang juga sebenarnya jika mau jujur istilah ini tidak ada didalam Alkitab. Apalagi iman Kristen yang lahir dalam latar belakang Yudaisme sangat sulit sekali mengatakan secara vulgar Yahweh menjadi manusia. Namun orang Yahudi percaya bahwa Allah lewat MemraNya/Firman menyatakan diri kepada umatNya. Dikalangan gereja yang sudah sama-sama percaya mungkin tidak masalah kita mengatakan bahwa Allah jadi manusia.Namun ketika kita berbicara dengan komunitas lain yang belum paham maka bahasa-bahasa popular yang sebenarnya tidak tepat itu sebaiknya kita hentikan penggunaannya.
Tidak dibedakannya antara keilahian dan ketuhanan Yesus akan menjadi sumber kesalahpahaman yang terus menerus antara Islam dan Kristen.
Seringkali umat Islam salah paham dengan gelar Tuhan Yesus yang seolah-olah menjadikan syrik atau mempersekutukan Allah dengan Tuhan yang lain. Sehingga umat Islam menterjemahkan syahadatnya “Laa ilaha illallah” sebagai tiada Tuhan selain Allah karena melihat bahwa umat Kristen menyebut Tuhan Yesus. Padahal terjemahan yang harfiah dari syahadat itu adalah tidak ada ilah/sembahan selain dari Ilah yang satu itu/Allah. Istilah itu justru dikenal baik dalam Alkitab berbahasa Arab dalam 1 kor 8: 4 “wa an laa ilaha illallah al-ahad”.

The Lordship of Jesus Christ
Dalam Yudaisme:

Gelar ketuhanan Yesus dilatar belakangi oleh penyebutan Perjanjian Lama yang berhubungan dengan Mesias.Dalam kitab sefer tehillim/Mazmur 110:1 disana berbunyi:
“Neum YHWH ladonay, syev li yaminiy”(YHWH berkata kepada Tuanku, duduklah disebelah kananKu).
Dalam tulisan-tulisan rabi-rabi Yahudi pra Kristen seperti misalnya dalam Yakult shimoni (tehilim 110) tertulis disana, “rabi Yodan berkata atas nama rabi Ahan bar Hainan, “Yang Maha Esa akan menempatkan Raja Messiah duduk disebelah kananNya”, tafsiran yang senada juga terdapat dalam nedarin 32b dan Sanhedrin 108b (lihat Risto santala, The Messiah in the
old testament in the light of rabbinical writings; Jerusalem karan ahvah meshihit,1992)
Semua tafsir-tafsir Yahudi sebelum jaman Kristen menerapkan ayat ini dalam diri Mesias yang akan datang. Umat Kristen hanya meneruskan saja tradisi sebelumnya bahwa Mesias akan bergelar Lord/Tuan.
Adonay/Kurios bermakna Tuan/Penguasa adalah gelar fungsional Allah sebagai Sang Penguasa Alam semesta ini. Jadi gelar Tuhan bagi Yesus itu tidak menunjuk Pribadi Allah sendiri namun menunjuk kepada gelar fungsional dari Allah sebagai Penguasa dan ini dilimpahkan atau dijalankan oleh MesiasNya. Hal inilah yang melatar belakangi kotbah rasul Petrus dalam Kis Rasul 2:36
“… annallaha qod ja’ala Yasuu’a, hadzal ladzii sholabtumuuhu antum, rabbaw wa masiihan
Jadi kalau kita tidak mengerti bedanya istilah Allah dan Tuhan maka kita akan bingung membaca ayat ini. Bahwa Allah yang menjadikan Yesus itu Tuhan dan Kristus. Artinya bukan dalam makna ilah selain Allah namun sebagai Tuan/Lord sesuai dengan pengharapan Mesianik Yahudi tadi. Karena itu kita dapat melihat dalam Matius 28:18 Sayidina Isa Almasih berkata:
“… Dufi’a ilayya kullu sulthoonin fiis sama’i wa ‘alal ardh” yang juga paralel dengan Filipi 2:5-11 yang berbicara mengenai gelar ketuhanan Yesus yang diterapkan untuk kemanusiaanNya yang adalah anak Maria.
Kesimpulannya disini bahwa jika umat Kristen menyebut Lord Jesus itu bukan dalam makna GOD namun dalam makna gelar kepenguasaan Allah yang disandang oleh MesiasNya.Lantas pertanyaannya akan berlanjut apakah pelimpahan kekuasaan kepada seorang manusia belaka ini tidak menyebabkan dosa syirik yang membuat orang jadi musyrik(memyekutukan
Allah)? Kita akan menjawab hal ini dalam pembahasan mengenai keilahian Yesus.


Lahutiyah of Jesus Christ:

“bereshit haya ha dabar wa ha dabar haya et-ha elohim we hu ha dabar Elohim”
… we ha dabar lavasy basar”
ha besorah ha qadosya yokhanan 1:1,14
artinya:
"Pada mulanya adalah Firman/Kalimatullah, Firman/Kalimatullah itu bersama-sama Allah dalam Dzat Allh dan Firman/Kalimatullah itu adalah Allah.

ayat ini adalah kunci untuk memahami makna keilahian Yesus. Harus diakui gereja kurang popular untuk menampilkan pemahaman Yesus Firman Allah. Gereja lebih popular memunculkan pandangan bahwa Yesus itu Allah.Padahal ketika kita mengatakan Yesus itu Allah maka pertanyaan selanjutnya akan muncul yakni dalam makna apa seorang manusia Yesus bisa disebut Allah?
Jadi dalam pemahaman kekristenan timur tidak dikenal istilah Allah al-muttajasad/Allah jadi manusia melainkan kalimatullah al-muttajasad/Firman menjadi manusia.
Menurut ayat yang kita baca diatas dikatakan pada mulanya atau En arkhe ini menunjuk sebelum adanya ruang dan waktu atau zaman kekekalan sudah ada Firman/Logos.Logos itu bersama-sama dengan Allah artinya antara Allah dan FirmanNya bisa dibedakan namun kemudian ditutup dengan kalimat Logos itu adalah Allah sendiri.Menariknya Yohanes menulis dalam bahasa aslinya itu kai theos en ho Logos, disini Theos ditulis tanpa kata sandang yang berarti bahwa Logos ini adalah bukan hakekat yang lain lagi dari Theos yang disebut sebelumnya. Jadi kalau kita terjemahkan dengan pemahaman theologies yang sederhana ayat ini berbunyi demikian:
“Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu Ilahi didalam diri Allah”


Dapat disimpulkan bahwa Hypostasis/Shifat/cara berada Allah itu bukan Ousia/Dzat/hakekat Allah namun Hypostasis/shifat juga bukan lain dari Allah. Jadi ini hanya soal bagaimana kita mengungkapkan kebenaran Allah ini secara indah.Rasul Yohanes berhasil mengungkapkan hal ini dalam prolog Injilnya.
Setelah itu pada puncaknya dalam pasal yang sama pada ayat yang keempat belas dikatakan:
“ wal kalimatu shooro basyaroon”
“dan Logos itu menjadi manusia”
Jadi disini jelas gelar kenapa umat Kristen itu memuji dan menyembah Yesus, karena Yesus itu adalah Firman yang menjadi manusia dan sebagai Firman Dia adalah Allah. Jadi secara fisik dan darah daging yang tampak itu bukan Dzat Allah atau hakekat Yahweh yang adalah Roh.Namun disebalik yang fisik itu Yesus sebagai Firman Dia adalah Allah sendiri. Kita harus membedakan tabiat keilahian dan kemanusian Yesus dengan tepat untuk dapat menjelaskan tentang iman kita. Sebagaimana orang Yahudi membedakan antara Ein sof,Yaitu bagian dari hakekat Allah yang tidak bisa dipahami oleh manusia(transendensi Allah) yang tak tersentuh oleh indera manusia dengan sefirot,yakni cara-cara Allah menyatakan kepada manusia sehingga Ia dapat dipahami dan dirasakan kehadiranNya(imanensi Allah).Dengan demikian kekristenan yang berakar langsung pada monotheisme Yahudi itu tidak mungkin tercemar pada penyembahan berhala. Jika Yesus disebut Sang Penguasa Alam juga tidak akan terjatuh kepada dosa menyekutukan Allah, karena Yesus sebagai Firman bersumber dari Wujud Allah itu sendiri. Jadi syahadat kita jelas yaitu Laa ilaha illal-lah dan Laa robba illal-masiih artinya: Tidak ada Ilah selain Allah dan Tidak ada Tuhan selain Yesus.Ini cocok dengan 1 korintus 8:6
“fa laysa ‘indanaa nahnu illa ilaahuw wahiidun huwal abul-ladzii minhu kullu syai’in, wa nahnu lahu, wa rabbuw waahidun huwa yasuu’a l-masiihu ladzii bihi kullu syai’in wa nahnu bihi”


"namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Kenapa Paulus tidak membalik redaksinya menjadi karena bagi kita hanya ada satu Allah yaitu Yesus dan satu Tuhan yaitu Bapa? Hal ini terkait dengan pemahaman dan latar belakang PL tadi. Bahwa hanya ada 1 Wujud dan sumber keilahian yang disebut Bapa yang dari Dia itu berasal segala sesuatu dan untuk Dialah hidup kita ini. Kemudian tidak berhenti disana Paulus melanjutkan dalam konteks nuzul/turunnya Firman yang merupakan sefirot/hypostasis dari Allah yang disebut sebelumnya sebagai Sumber Keilahian tadi Yesus disebut dengan gelar Lord(gelar kemanusian Mesias) dan kemudian diteruskan yang olehNya(Firman/Logos) segala sesuatu dijadikan(berbicara tabiat ilahi Yesus sebagai Logos). Jadi dalam ayat ini Paulus jelas mengungkapkan bagaimana hubungan antara Allah dan FirmanNya,hubungan antara Hakekat Allah dengan Shifat/hypostasisnya yang menjadi manusia Yesus Kristus.

2 tabiat Yesus; sebuah perbandingan
dengan Ilmu kalam Islam

Dalam Islam firman Allah dipahami turun menjadi sebuah kitab sesuai dengan surat ‘Ali Imran 3. Sedangkan dalam Kristen Firman Allah turun menjadi manusia.Seorang penulis Muslim yang bernama Sayyid husein nasr mengatakan bahwa Yesus seharusnya tidak dibandingkan dengan nabi Muhammad melainkan dengan Al-Quran. Karena Yesus dalam keyakinan Kristen adalah perwujudan Firman Allah,demikian tulisnya. Kemudian dia meneruskan bahwa kedudukan Nabi Muhammad dibandingkan dengan Maria karena sama-sama sebagai penerima Firman. Ilmu kalam Islam membedakan Qur’an sebagai kalam lafdzi dan kalam nafsi. Kalam lafdzi ini adalah Qur’an yang temporal yang mengalami perkembangan secara vokalisasi, yang mampu dibaca dan dipelajari dan dapat juga rusak karena bersifat fana.Sedangkan Qur’an sebagai kalam nafsi adalah Qur’an yang di surga sana adalah Qur’an yang kekal yang tidak diciptakan yang bersama-sama dengan Allah.Pertanyaannya adalah apakah disini jika ada 2 yang kekal tidak menimbulkan ta’adud al-qudama (berbilangnya yang kekal) alias jika ada 2 yang kekal ini membahayakan keesaan Allah karena hanya Allah yang kekal. Namun ilmu kalam Islam menetapkan bahwa Qur’an sebagai kalamullah tidak diciptakan dan sebagai kalam Allah itu adalah shifat Allah. Sehingga muncullah istilah Ash-shifat laysa adz-dzat wa laa hiya ghairuha “sifat itu bukan dzat juga tidak beda dengan Dzat”. Jadi mestinya jika umat Islam tidak kesulitan memahami Qur’an sebagai kalam Lafdzi dan kalam nafsi tentu akan mudah memahami dua tabiat Yesus sebagai Manusia yang itu temporal,bisa mati dan satu sisi sebagai Firman yang kekal dan tidak diciptakan bahkan melaluiNya segala sesuatu diciptakan.Menariknya pergumulan Islam mengenai kekekalan Qur’an salah satu sebabnya akibat perjumpaan teologis dengan kekristenan timur sekitar abad 9.

Iman Kristen membedakan 2 tabiat Yesus namun tidak memisahkan seolah-olah ada 2 Yesus disana.Yesus Kristus kamala bi al-lahut(sempurna dalam keilahian sebagai Kalimatullah/Firman Allah) dan kamala bi an-nasut(sempurna dalam kemanusian dalam tabiat darah dagingnya). Jika kita tidak membedakan ini maka kita tidak bisa menangkap banyak dari makna-makna sabda Yesus yang terekam didalam Injil al-Muqaddas. Saat dimana Dia berbicara dalam kodratNya sebagai manusia; “Bapa lebih besar daripada Aku” dan lain waktu Dia berkata dalam kodrat IlahiNya sebagai Kalimatullah; Sesungguhnya sebelum Abraham jadi Aku Ada/Ego Eimi(gelar YHWH dalam PL).

Personifikasi Memra Yahweh
Dalam Targum

Menariknya kita bisa melihat didalam Targum(targum adalah terjemahan paraphrase PL dalam bahasa aram) disana Memra Yahwe/Firman Allah dipersonifikasikan dan ditempatkan bersama-sama dengan Allah, seolah-olah ada 2 pernyataan Allah disana Yahweh dan MemraNya.Namun bagi orang Israel ini bukanlah bermakna ada 2 Allah melainkan terkait pemahaman mengenai bagaimana cara Yahweh yang transenden itu menyatakan diri dengan cara yang dapat dipahami oleh manusia. Misalnya kita lihat dalam Kitab Kejadian 1:27 dalam targum Yerusalem disana diterjemahkan:
“And The LORD’s/YHWH Memra created man”(targum Yerusalmi bereshit 1:27)
“…if the LORD’s Memra will be with me…then the LORD’s Memra will be my God” (targum onqelos bereshith 28:20)
“Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan akan menyelamatkan mereka dengan Firman TUHAN, Elohim mereka. (Targum Yonathan Hosea 1:7)”
“Dan Firman TUHAN menyebabkan turunnya belerang dan api ke atas penduduk Sodom dan Gomora, dari TUHAN di sorga.” (Targum Yonathan Kej 19:24)

Jadi dalam pandangan Yudaisme mengenai Tritunggal sebenarnya bukan pemahaman yang asing sama sekali.Yang ditolak oleh orang Yahudi sebenarnya terkait dengan penolakan mereka akan Kemesiasan Yesus. Konsep inilah yang melatarbelakangi Prolog Injil Yohanes. Dalam pandangan Yahudi sendiri mereka memahami bahwa Memra Yahweh adalah Mesias yang akan datang untuk memenuhi pengharapan mereka.

Kristologi Yudaisme
Tentang Shekinah(kehadiran Allah di bumi)

Hal yang mungkin asing bagi pemahaman kekristenan barat mengenai konsep shekinah akan kita pelajari secara singkat dalam pemahaman khas Yudaisme menenai Shekinah sebagai wujud kehadiran Allah di bumi. Dalam Yudaisme untuk memagari jangan sampai ada gambaran ide keilahian yang terlalu manusiawi (too human), sehingga biasanya untuk menjelaskan Allah yang berfirman, ataupun berbicara mengenai Kalimatullah/Logos tou Theou sehingga dikatakan Firman Allah itu keluar dari Eksistensi/Wujud Allah yang dalam kekristenan dikenal istilah Inkarnasi/tajjasud dari Logos yang menjadi manusia(yoh1:14) rasul Yohanes dalam kaitan ini membedakan antara Allah yang hakekatNya tidak dapat dilihat dan disentuh oleh Indera manusia(Yoh 1:18) yang dalam bahasa kabbalistik disebut sebagai Ein sof atau aspek terdalam dari hakekat Allah yang tidak dapat kita selami dan Kristus sebagai sefirot atau pernyataan yang keluar dari Wujud Ilahi yang bisa kita pahami dan kita rasakan dengan dengan indera kita(1 yoh 1:1-2) itulah yang dalam bahasa Ibrani disebut Shekinah. Kata Shekinah ini dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan sebagai “kemuliaan Allah/the Glory of God” seperti tampak pada terjemahan Yoh 1:14 Firman itu telah menjadi manusia dan diam(ibr.shakan) diantara kita dan kita telah melihat kemuliaanNya(shekinahNya) dalam makna bahwa keilahianNya tidak hilang ketika Ia menjadi manusia.
Kata shekinah dipergunakan dalam suasana kehadiran Allah dibait Allah/beyt ha miqdash(kel 25:8).Ini menunjuk bagaimana suasana kehadiran Allah dinyatakan dalam baitNya.Jadi seandainya seorang rabbi Yahudi ditanya “dimanakah Allah berada?” maka jawaban rabbi itu akan menjawab bahwa Ia serempak jauh dan dekat, atau dalam istilah Teologi Ia bersifat transenden sekaligus imanen. Tentu kalau kita bertanya dimanakah Allah berada bukan berbicara sekedar soal tempat dimanakah alamatNya namun transenden dalam makna bahwa Ia adalah Pencipta alam semesta , Ia terpisah dari apa yang diciptakanNya.Dalam system mitologi kuno bangsa-bangsa lain , dewa-dewa mereka dikatakan sebagai personalisasi dari kekuatan-kekuatan alam(pantheisme), namun PL sangat tegas memisahkan antara Allah dan makhluq. Allah sama sekali tidak tunduk pada hukum alam atau terbatas pada apapun dalam hakekatNya. Jika demikian apakah PL meyakini Allah sebagai Pribadi yang jauh dari alam dan umat manusia, yang bersikap tidak pedulu sama sekali dengan sejarah(deisme)pandangan ini ditolak sama sekali oleh rabi-rabi Yahudi. Sebaliknya Allah sangat dekat dengan umatNya.Ia disebut Shekinah,yakni kehadiranNya yang paling dekat yang dapat dirasakan dimana saja.Sehingga dalam yudaisme konsep transendensi Allah ini tidak diterjemahkan sebagai deime dan imanensi Allah tidak dipandang sebagai pantheime.Ada situasi dimana Allah juga dimungkinkan hadir dalam perhimpunan dua atau tiga orang sekalipun.Padahal dalam tradisi Yahudi, sebuah perhimpunan ibadah baru sah bila dihadiri oleh minyan, yaitu 10 orang lelaki yang merupakan kelompok terkecil dalam ibadah Yahudi.
Ada sebuah ayat dalam mekhilta(midrash,eksposisi rabbi-rabbi tentang taurat) yang menunjukkan adanya hubungan antara kehadiran Allah dibait
kudusNya dan diantara umatNya diluar baitNya. Dalam menafsirkan kel 20:24 yang berbunyi:
“pada setiap tempat yang kutentujan menjadi tempat peringatan bagi namaKu, Aku akan datang kepadamu dan memberkatimu”
Mekhilta menafsirkan:
“Dimana Aku menyatakan diriKu kepadamu, yaitu di bait kudusKu.Disini mereka katakan: Nama YHWH tidak boleh diucapkan diluar bait kudusNya.Rabbi Eliezer ben yakov berkata: datanglah kerumahKu maka Aku akan kerumahmu.Tempat yang dicintai oleh hatiKu, disitulah kakiKu akan melangkah. Dalam kaitan dengan ayat ini,para ulama berkata:Dimanapun ada sepuluh orang berhimpun di sebuah sinagoga maka shekinah akan beserta dengan mereka, sebab dikatakan, “Allah akan berdiri dalam siding ilahi”(mazmur 82:1).Dan bagaimanakah kita dapat mengetahui bahwa Ia juga menyertai tiga orang yang mengadakan pertemuan ibadah?Dikatakan ditengah-tengah para hakim Ia menghakimi.Dan bagaimanakah kita juga tahu bahwa Ia beserta dengan 2 orang?dikatakan pula,”beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan Tuhan(maleakhi 3:16). Dan bagaimanakah kita tahu bahwa Ia akan menyertai satu orang?dikatakan,”Disetiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi namaKu,Aku akan datang kepadamu dan memberkatimu”
Dalam literature lainnya yaitu Mishnah abbot 3:2 menginterpretasikan kehadiran Allah didalam perhimpunan bait Allah.Sedangkan dalam Abbot de rabbi Nathan , B, pasal 34 memperluas kehadiran Allah itu sampai diluar Bait Allah, yaitu dalam perhimpunan umatNya di pasar. Artinya dalm bisnispun ada kehadiran Tuhan bila orang hidup sesuai dengan Torah/Taurat,diantaranya dengan memperkatakan Taurat itu dalam kehidupan sehari-hari.
Menariknya Tuhan Yesus justru mengidentikkan diriNya sendiri dengan shekinah Allah itu sendiri sebagaimana yang Dia katakan bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka(matius 18:20).
Jadi ucapan Yesus ini paralel dengan apa yang ditulis oleh rabi tersebut dan bagaimana Yesus menafsirkan kembali kepada murid-muridNya bahwa Dialah Shekinah Allah tersebut. Allah yang transenden yang tak terlihat dan tak tersentuh oleh manusia kini hadir ditengah-tengah umatNya(immanen). Kita akan melihat bahwa kata-kata shekinah yang digunakan dalam literature para rabbi itu kemudian diganti kata ganti diri pertama oleh Yesus.
Mishnah Abbot
3:2
Abbot de Rabbi Nathan, B, Pasal 34, h. 74
Matius 18 : 20
Bila dua orang

Duduk bersama

Dan kata-kata yang mereka ucapkan adalah Torah, maka Shekinah ada
Ditengah-tengah mereka

Bila dua atau tiga orang
Duduk bersama di pasar
Dan kata-kata yang mereka ucapkan adalah Torah, maka Shekinah akan dinyatakan
kepada mereka.
Sebab di mana dua atau tiga orang
Berkumpul

Dalam nama-Ku, disitu Aku ada

Ditengah-tengah mereka

Kita melihat pada tabel diatas bahwa Yesus menerapkan Shekinah Allah itu terhadap diriNya sendiri sebagai perwujudan dari Firman Allah yang menjadi manusia.
Pemahaman seperti ini masing asing dalam pemahaman gereja-gereja kita di Indonesia.Namun disini saya menampilkan apa adanya bagaimana latar belakang sabda-sabda Yesus itu dapat kita lacak dari latar belakang historis jamanNya. Yesus dan murid-muridNya hidup dalam latar belakang Yudaisme, sehingga sangat penting bagi kita untuk memahami dan menggali bagaimana latar belakang dan suasana keagamaan pada zaman Yesus dan murid-muridNya.

Demikian beberapa kesalahpahaman yang sering ditanyakan kepada umat Kristen mengenai kepercayaan kita kepada Pribadi Allah. Allah yang seperti apa yang kita imani dan kita yakini.Iman Kristen bukan suatu iman kepercayaan yang berspekulasi mengenai Allah yang tidak dapat dijangkau oleh manusia.Kekristenan bukanlah iman yang rasional dan juga irrasional namun kekristenan itu transrasional(mengatasi akal kita).Kekristenan bukanlah rangkaian ide-ide tentang Sang Pencipta,namun Allah yang tak terselami itu telah berkenan hadir dan menyatakan shekinahNya didalam Pribadi Yesus Sang Lelaki berjubah dari Nazaret. Allah yang menyejarah dalam sejarah manusia, sehingga lewat kematian Yesus Kristus, Allah yang Maha Akbar yang tak tersentuh oleh kematian itu merasakan dalam diri Yesus apa itu Maut dan oleh kebangkitanNya atas maut Dia membebaskan kita umat manusia yang dikuasai oleh kebinasaan kekal. Yaa ayyuhal ghairul ma’atii, irhamna! (wahai Engkau yang tak berkematian ,kasihanilah kami).Amiin.



[1] Charles C.Ryrie, Basic theology (Jogjakarta: Yayasan Andi, 1991), hal 33

[2] roma 3:23

[3] roma 1:20, ayat ini menggambarkan bagaimana rusaknya gambaran manusia tentang Allah yang juga diikuti oleh rusaknya moral manusia. Bisa diperhatikan setiap pengenalan manusia yang salah tentang Allah maka akan diikuti pula kerusakan moral manusia.

[4] Kej 1:8, ayat ini memberikan penjelasan yang sempurna bahwa bukan manusia yang memulai rekonsiliasi namun Allah sendiri. Hal ini juga memberikan banyak arti akan karya penebusan Kristus bahwa Allah sendirilah yang membuka dirinya untuk dapat dikenal oleh manusia. Band.yoh 1:18
[5] mazmur 139:6 band 1 yoh 5:20 surat Yohanes ini mengajarkan kepada kita bahwa pengetahuan kita tentang Allah dilandasi oleh pewahyuan yang diberikan Kristus sendiri lewat Roh Kudus yang diam didalam hati orang percaya.

[6] Pewahyuan progresif/bertahap ini dapat kita lihat sepanjang sejarah orang beriman dalam kitab suci.Misalnya dalam pengalaman hidup Musa pada saat Allah datang kepadanya dan memberikan mandat pembebasan bani Israel, Allah mengatakan kepada Musa dalam keluaran 6:1 bahwa Tuhan berkata bahwa dahulu telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak,Yakub sebagai El Shaddai(Shaddai berasal dari kata saddu artinya padang gurun;menggambarkan situasi yang keras dan menakutkan yang bermakna bahwa Allah adalah Pribadi yang mampu menguasai segala keadaan yang oleh LAI diterjemahkan sesuai konteksnya sebagai Allah yang Maha Kuasa), kemudian Tuhan berkata kepada Musa bahwa dengan Namaku TUHAN(teks asli; YHWH) Aku belum menyatakan diri kepada Abraham,Ishak,Yakub.

[7] DR.Ch.Barth, Theologia Perjanjian Lama.Jilid I (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1982). Hal 157.

[8] Suatu contoh penerjemahan yang juga bersifat kontekstual yang bertujuan agar si pembaca dapat mengerti makna dari sebuah teks adalah dalam Mazmur 23. Pada ayat pertama dikatakan ;TUHAN adalah Gembalaku. Bagi masyarakat timur tengah dan juga Indonesia tidak kesulitan membayangkan Tuhan bagaikan seorang penggembala karena di Indonesia pun banyak dijumpai profesi “tukang” gembala namun lembaga penerjemahan Alkitab Jepang kesulitan untuk menerjemahkan seorang gembala.Hal ini dikarenakan saat ini di Jepang Profesi gembala sangatlah asing bagi professional muda Jepang. Akhirnya dalam terjemahan sehari-hari ayat ini diterjemahkan: “Tuhan adalah managerku yang baik”. Istilah manajer lebih akrab ditelinga Profesional Muda Jepang yang lebih banyak bekerja dalam bidang Industri Perkantoran yang tentunya lebih memahami makna seorang manager dalam hidup keseharian mereka.
[9] Frank M Cross, Theological Dictionary of the Old Testament I, seperti dikutip oleh B.A. Abednego, “Yahweh dan El; permasalahannya dalam teologi kontekstual, dalam andar Ismail, mulai dari Musa dan segala nabi (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996) hal 1-8. Saya juga mengutip dari; Bambang Noorsena, The History of Allah (Jogjakarta: Andi Publisher, 2005) hal 5
[10] artikel Bambang Noorsena: “Bolehkah nama Yahweh diterjemahkan dalam bahasa-bahasa lain”, Artikel ini juga mengutip dari karya tafsiran rabbi Yahudi; Rabbi Nossom Scherman/Rabbi Meir Zlotowij, Humash Humasy Tora’im Targum Onqelos Farasiy Haftarot we Humash Megilot. Hebrew-Aramaic-English( New York: Mesorah Publication,Ltd,1996)hal.304

[11] Untuk penjelasan lebih jauh lihat artikel “nama” dalam J.D Doglas(ed), Ensiklopedi Alkitab Masa kini.Jilid II(Jakarta:Yayasan Komunikasi Bina Kasih,1995), hal.123-124
[12] Ha Shem berarti Sang Nama, ini adalah sebutan yang digunakan orang Israel ketika mereka sedang mengaji Taurat atau membaca nama YAHWEH. Karena kata YAHWEH atau disebut Tetragrammaton/Catur aksara suci adalah sangat Kudus dan Suci bagi orang Yahudi sehingga mereka tidak berani mengucapkannya secara verbal namun digantinya dengan Ha Shem atau Adonay/Penguasa.

[13] Teks bahasa Ibrani diambil dari Perjanjian Lama Ibrani-Indonesia terbitan LAI. Teks bilingual Ibrani-Indonesia ini juga sudah disertakan kritikus apparatus untuk bahan studi teks-teks dalam PL.
[14] Hal ini hampir mirip dengan peribahasa jawi; “ana asmo ana kuwasa” yang secara bebas dapat diterjemahkan bahwa dibalik nama ada kuasa yang tersembunyi yang melambangkan pribadi yang dinamakan. Hal ini berlaku bagi kita ketika kita menggunakan kuasa nama YESUS untuk mendoakan orang ataupun pelayanan exorcist/pengusiran setan.
[15] Umat Kristen di Indonesia pada umumnya salah menggunakan kata Allah yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa arab.Kata Allah dalam bahasa umat Kristen seringkali disamakan denan kata God dalam bahasa Inggris. Padahal kata God adalah kata benda Umum. Dan Allah adalah The God. Sehingga dalam lagu-lagu pujian Kristen kharismatik perlu direvisi.Mis: Sbab Tuhan maha besar dan sangat terpuji, Dia lebih dahsat dari sgala allah… kata allah huruf kecil ini jelas-jelas salah. Seharusnya ilah. Karena itu LAI merevisi terjemahan Alkitab yang baru pada PB. Kata “allah” huruf kecil diganti semua dengan ilah.
[16] Nurcholish Madjid, Islam,Doktrin dan peradaban (Jakarta:Paramadina,1992),hal.xciv-xcv

[17] Tulisan ini saya dapat dalam kumpulan artikel yang dijadikan sebuah buku oleh Bambang Noorsena.Buku ini berisi kumpulan artikel yang membahas asal-usul kesejarahan mengenai nama Allah.Menurut saya buku ini penting untuk dijadikan rujukan dalam konteks dialog Islam-Kristen di Indonesia.
[18] Yasin hamid Safadi, Islamic calligraphy (London: Tames and Hudson Limited,1978), hal 6. Beberapa inskripsi dalam terjemahan Indonesia bisa dilihat dalam artikel Bambang Noorsena yang berjudul: “El Roi, “Dewa Air dan Allah”.
[19] Inskripsi ini juga dimuat dalam buku karangan Quraish Shihab,Mu’jijat Al-Qur’an(Bandung, Mizan 1999),hal 92-93. Tapi anehnya dalam buku ini tidak menjelaskan mengenai inskripsi ini bahwa ini adalah inskripsi Kristen.Kemungkinan penulisnya khwatir untuk mengekspos bahwa di arab pun terdapat kekristenan.Dan bahwa tradisi tulis menulis kaligrafi arab pun itu berasal dari tradisi kekristenan Syria jauh sebelum jaman Islam.
[20] Beberapa Umat Muslim dari kaum polemikus yang kurang cerdas itu seringkali menuduh secara membabi buta bahwa kekristenan itu bertuhankan banyak. Ini tampak dalam tulisan-tulisan mereka yang muncul karena kurangnya pengetahuan mereka tentang dasar-dasar iman Kristen.
[21] Surat al-ikhlas pada ayat 1

makalah ini adalah presentasi yang pernah saya sajikan di Pesantren Salafiyah Sukorejo Asembagus di Ma'had 'Aly.